“Sebenernya dulu tuh ga tertarik karena pengen cepet-cepet lulus kan. Soalnya student exchange itu harus cuti. Harus mundur jadi 4 taun. Tadinya bisa 3.5 taun,” ungkap Fidelia membagikan pengalamannya selama mengikuti program pertukaran mahasiswa di Jepang.
“Terus jadi nyobain daftar (student exchange) dan lolos seleksi,” imbuhnya penuh semangat.
Fidelia Senjaya, mahasiswa Akuntansi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) angkatan 2015 mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri lewat program ACUCA Student Mobility Scheme (SMS) periode Spring Semester (April-Agustus) 2017. Universitas tujuan Fidelia adalah Sophia University di Tokyo, Jepang. Adapun, Unpar merupakan salah satu founder ACUCA yang merupakan Asosiasi Universitas Kristen di Asia.
Selama mengikuti program tersebut, ia mengambil cuti belajar enam bulan. Namun, ia mengatakan, hingga saat ini Unpar belum bisa mengakomodasi perihal transfer nilai (sks) dari beberapa mata kuliah yang ia ambil selama belajar di Sophia University.
Walaupun memiliki latar belakang studi Akuntansi di Unpar, ketika di Jepang, ia mengambil empat mata kuliah di bidang sosial seperti Management in Japan, Introduction to Antropology, Antropology in Japan, dan International Relations.
“Saya pengen nyobain mata kuliah yang menurut saya menarik. Ga mau yang Akuntansi lagi,” terangnya sambil tersenyum.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Saat mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), ia mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Inilah yang menjadi alasan baginya untuk mengambil mata kuliah-mata kuliah tersebut.
Kenapa Jepang?
Kesempatan mengunjungi negeri sakura bukanlah yang pertama kalinya bagi Fidelia. Sebelumnya, ia pernah pergi berlibur ke Jepang. Menurutnya, budaya di Jepang sangat menarik, juga tentang penduduknya.
Ada banyak kegiatan yang ditawarkan Sophia University. Fidelia sendiri mengaku tidak banyak mengambil mata kuliah sehingga ada banyak waktu luang di akhir pekan. Biasanya, ia pergi jalan-jalan bersama teman-teman lainnya.
“Jadi, tiap minggu bisa main bareng temen-temen. Jalan-jalan di Jepang, itu bisa banget liat budaya Jepangnya. Terus (mencicipi) makanan-makanan di Jepang,” ucapnya.
Ia juga berkesempatan untuk mengikuti kegiatan di luar kelas, yakni Sophia Refugee Support Group. Ia mengunjungi detention center dan bertemu para pengungsi (korban perang dan lainnya) yang tengah berupaya untuk masuk dan tinggal di Jepang. Namun, pemerintah Jepang sendiri pada waktu itu, jelas Fidel, belum memberikan keputusan terkait hal tersebut.
Komunikasi antarbudaya
Fidelia mengatakan bahwa proses adaptasi dan komunikasi yang terjalin dengan teman-teman mahasiswa lainnya di Jepang tidak begitu sulit. Ia tidak hanya belajar tentang budaya Jepang, melainkan pengalaman antarbudaya. Pasalnya, mahasiswa lainnya juga berasal dari berbagai negara yang berbeda, diantaranya Amerika Serikat, juga Thailand.
“Yang didapet ga cuma budaya Jepang,” katanya.
“Justru banyaknya (mahasiswa) dari US (Amerika), Thailand, segala macem. Dan mereka kan punya budaya masing-masing juga. Jadi tau budaya-budaya negara-negara lain juga,” ungkapnya.
Selain itu, kelas yang diambilnya selama di Sophia University adalah kelas dengan pengantar bahasa Inggris (kelas internasional). Namun demikian, ia juga mencoba mempraktikkan kemampuan dasarnya berbahasa Jepang selama di sana. Hal tersebutlah yang memberikannya banyak pengalaman antarbudaya.
Kemampuan bahasa Inggris
Sertifikat IELTS dengan skor yang memenuhi syarat menjadi salah satu dokumen yang harus dipersiapkan mahasiswa asing yang ingin belajar di Sophia University.
“Kalo student exchange tuh mereka pasti minta IELTS. Yang di Jepang, mereka minta IELTS juga,” terang Fidelia. Sedangkan seleksi yang diadakan Unpar yakni syarat lulus tes TOEFL (di Unpar).
Fidelia mendorong mahasiswa Unpar lainnya untuk mencoba peluang dan kesempatan study abroad. Unpar melalui International Office memfasilitasi mahasiswa yang tertarik mengikuti program student exchange dengan beragam program yang ada.
“Kuliah itu kan harus dinikmati. Dan ini kesempatannya ga akan datang pas lulus,” ungkapnya.
Lewat program pertukaran mahasiswa, Fidelia mendapatkan banyak sekali pengalaman baru.
“Rame, seru, bisa dapet temen banyak, pengalaman juga,” pungkasnya.