Dosen UNPAR Paparkan Tantangan & Permasalahan Etis Tren Artificial Intelligence (AI)

UNPAR.AC.ID, Bandung – Terdapat beberapa tren Artificial intelligence (AI), di antaranya adalah tren Machine Learning (ML), Deep Learning (DL), dan Reinforcement Learning (RL). Namun di balik tren tersebut, terdapat masalah dari segi etis yang semakin bergantung terhadap data dan alur informasi yang diciptakannya.

Hal tersebut disampaikan dosen Fakultas Informasi dan Sains Universitas Katolik Parahyangan (FTIS UNPAR) Lionov, Ph.D., dalam peringatan Dies Natalis ke-29 FTIS UNPAR, pada Rabu (20/4/2021) yang berlangsung secara hybrid.

Orasio Dies yang dipaparkan Lionov mengangkat topik “Tantangan dan Masalah Etis di Balik Tren Artificial intelligence”. Dalam orasinya, Lionov menuturkan munculnya tren AI dapat menimbulkan dua sisi mata yaitu positif dan negatif.

Menurut Lionov, AI dapat dikatakan sebagai pembuat mesin cerdas yang dapat berpikir seperti manusia, bertindak seperti manusia, berpikir rasional, dan bertindak rasional.

“Kenapa kita membedakan manusia dan rasional? Karena manusia itu walaupun cerdas, kadang-kadang enggak rasional,” katanya.

Dengan kata lain, AI merupakan suatu agen yang dapat melakukan hal yang benar, kata Lionov. Adapun agen lainnya yang dapat dilakukan AI adalah problem solving, searching, using probabilistic, using logic, dan lain sebagainya.

Munculnya tren AI banyak memunculkan banyak sisi baik dari positif hingga negatif. Pemanfaatan AI dapat membantu meningkatkan kinerja manusia seperti pada pemanfaatannya untuk penghasil bahasa pemrograman dengan menggunakan kata kunci masyarakat umum dan pemanfaatan di pengadilan.

“Untuk membantu hakim, penasihat hukum, dan jaksa untuk menampilkan bukti-bukti yang sesuai dengan jalannya hukum,” tutur Lionov.

Di balik sisi positifnya, Lionov juga mengatakan tren AI dapat memunculkan sisi negatif yang dapat memanipulasi orang banyak. Contohnya adalah penggunaan AI pada video dengan merubah wajah seseorang dengan orang lainnya.

Lebih lanjut, tren AI memunculkan permasalah etis pada penggunaannya seperti the trolley problem, Weaponized AI,  serta AI dan karya seni.

Dia juga mengatakan, pada sebuah trolley problem dimana dengan kemampuan program berupa pengambilan keputusan yang sudah dirancang, AI dapat menentukan pilihan sendiri secara otonom.

“Kalau memang seperti itu, lalu AI-nya berjalan secara otonom, berarti kita harus masukin nilai etika dan moral ke dalam situ,” ucapnya.

Masalah berikutnya yang ditimbulkan adalah sistem persenjataan yang dilengkapi dengan AI. Sisi negatifnya antara lain adalah memicu perang lebih mudah meletus, perang yang tidak dapat diprediksi, hingga harga diri manusia yang secara tidak langsung dibunuh oleh algoritma.

“Tapi ada sisi positif, misalnya sisi positif dari pengembangan AI di persenjataan, jangan lupa, internet yang kita nikmati sekarang yang buatnya itu orang militer. Jadi ini membuka riset di bidang yang baru,” tutur Lionov.

Selain itu dalam bidang karya seni, AI pun dapat dimanfaatkan sebagai media untuk membantu suatu karya seni.

“Menggunakan AI, kita bisa merekonstruksi dengan disuruh belajar dari lukisan yang pernah dibikin orang lain,” katanya.

Namun dalam isu etisnya, penggunaan AI dalam seni tersebut masih belum ada kejelasan mengenai restorasinya apakah sudah sesuai dengan kode etik yang berada di dunia seni dan ketidakjelasan dari pembuat dari produk seni itu sendiri.

Lionov menyebutkan terdapat beberapa tantangan etika dalam masa depan AI di antaranya:

  1. Bias pada algoritma dan data
  2. Transparansi
  3. Keamanan AI
  4. Kekuasaan dan dominasi
  5. Privasi

Sementara itu, Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ph.D. menyampaikan rasa terima kasih dan selamatnya atas Dies Natalis ke-29 FTIS UNPAR yang telah memberikan banyak capaian bagi UNPAR.

“Secara khusus terima kasih kepada keluarga besar FTIS, atas keikhlasannya menjadi duta MBKM UNPAR dan sekaligus pada sekretariat MBKM yang menjadikan UNPAR dalam implementasi kebijakan kampus merdeka diperhatikan dan diperhitungkan oleh LLDIKTI maupun Kemendikbudristek,” tutur Rektor.

Fakultas dengan tiga Prodi tersebut pun diharapkan menjadi rujukan dan referensi baik dalam tata kelola Tridarma Perguruan Tinggi, maupun dalam hal penyelenggaraan pendidikan naik bagi program studi di UNPAR  atau di luar UNPAR.

“Kita menginginkan agar fakultas ini, dan prodi yang ada tentunya akan menjadi program studi yang menjadi referensi, pilihan, keinginan, kepeminatan oleh calon-calon mahasiswa,” ucap Rektor. (RBF-Humkoler UNPAR)

Berita Terkini

Salah Kaprah TBA/TBB Tiket Pesawat

Salah Kaprah TBA/TBB Tiket Pesawat

Sejatinya, ikhtiar Pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat sudah dimulai sejak 2019 dengan mengeluarkan kebijakan tentang Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB). Lima tahun sudah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda harga tiket pesawat akan turun....

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Apr 21, 2022

X