UNPAR.AC.ID, Bandung – Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF UNPAR) terlibat dalam Workshop Esoterika Fellowship yang digagas Denny JA Foundation, pada 21-23 April 2025 di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta Pusat. Keterlibatan tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi atas telah terjalinnya Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Denny JA Foundation dan FF UNPAR, 21 Maret 2025 lalu.
Hadir dalam workshop tersebut para dosen FF UNPAR yaitu Dr. Mochamad Ziaul Haq, S.Th.I., M.Ag.; Dr. Bartolomeus Samho, S.S., M.Pd.; Dr. Bernardus Ario Tejo Sugiarto, S.S., M.Hum.; dan Kurniasih, M.Hum.
Beragam kajian esoterika saat ini hangat didiskusikan, seperti tema-tema; “Agama: dari Kebenaran Mutlak Menuju Warisan Kultural Milik Bersama”; “Menggali Kekayaan Kultural Agama-agama”; “Perebutan Tafsir Agama”; hingga “Spiritualitas di Era Artificial Intelligence” dan “Agama dan Makna Hidup di Era Algoritma” memberikan wawasan kritis yang menggabungkan aspek filosofis, kultural, sosial, dan teknologi.
Tak hanya UNPAR, dalam kegiatan tersebut turut berpartisipasi pula para akademisi dari 8 (delapan) institusi pendidikan tinggi lainnya, yaitu:
- UIN Sunan Gunung Djati Bandung
- Universitas Kristen Indonesia
- IPMI International Business School
- Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa
- IAIN Ambon
- Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Sriwijaya Tangerang
- UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon
- President University
Kehadiran para akademisi dari berbagai institusi pendidikan tersebut semakin menunjukkan antusiasme dan komitmen tinggi dalam memperdalam kajian esoterika. Hal itu pun memperkuat kualitas diskusi dan refleksi selama workshop. Sekaligus menjadi simbol komitmen dan kontribusi UNPAR dalam mengembangkan kajian esoterika yang mendalam dan aplikatif di lingkungan akademik serta berdampak bagi masyarakat.
Sebagai penggagas Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA membuka babak baru dalam perjalanan sejarah iman manusia—sebuah era di mana agama dan spiritualitas tidak lagi hanya menjadi ranah tafsir manusia, melainkan juga mesin yang mampu memahami dan mengolah data secara cerdas dan cepat. Kecerdasan buatan kini dapat menelusuri dan menganalisis jutaan dokumen keagamaan dari berbagai zaman dan budaya, lintas kultur dan religi, dari ortodoks hingga mistik; semua dalam hitungan detik.
Dalam semangat perubahan radikal ini, Denny JA mengusulkan pembentukan Pusat Studi Agama dan Spiritualitas Era AI sebagai wadah riset dan dialog antarkultur dan antarreligi yang mampu menjembatani iman dan teknologi dengan semangat menghidupkan kembali lentera spiritualitas dengan pendekatan interdisipliner yang lebih inklusif, universal, dan relevan.
Melalui kolaborasi strategis ini, workshop tidak hanya berfungsi sebagai ajang pembelajaran intensif, tetapi juga wadah penguatan jaringan akademik dan institusional yang berkomitmen mengembangkan kajian esoterika secara sistematis dan berkelanjutan, sekaligus menegaskan pentingnya sinergi antara institusi pendidikan tinggi dan lembaga riset dalam menghadapi tantangan kajian kontemporer. (KTH-Humas UNPAR)
