UNPAR.AC.ID, Bandung – Dosen Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan (TI UNPAR) meluncurkan buku “Desain Interaksi: Fundamental dan Proses” , pada Selasa (6/9/2022) di Lecture Theater Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) UNPAR. Buku tersebut merupakan bentuk kolaborasi dosen TI UNPAR dalam bidang ergonomi yang ditulis oleh Dr. Johanna Renny Octavia, S.T., M.Sc, PDEng.; Dr. Ir. Thedy Yogasara, S.T., M.EngSc.; Yansen Theopilus, S.T., M.T.; Clara Theresia, S.T., M.T.
Ergonomi atau yang lebih dikenal dengan human factors merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dengan elemen lain dalam suatu sistem. Dalam ergonomi, manusia mencoba melihat bagaimana dirinya berinteraksi, efek, dan tingkat optimalnya. Jika ternyata evaluasi menunjukkan bahwa dalam aspek tersebut ada masalah, solusi utamanya adalah desain. Dengan desain, tujuan besar ergonomi yakni mengharmoniskan rancangan sistem dalam berinteraksi dengan manusia dapat tercapai.
Ketua Tim Penulis Dr. Johanna Renny Octavia Hariandja, S.T.,M.Sc.,PDEng., mengatakan bahwa buku Desain Interaksi: Fundamental dan Proses adalah buku yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan prinsip fundamental desain interaksi, metodologi dan tahapan penerapan desain interaksi.
“Buku ini ditujukan sebagai buku referensi dan diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, dosen, peneliti dan praktisi dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, penelitian, dan pekerjaan yang relevan dengan desain interaksi dan interaksi manusia–komputer (human–computer interaction),” tuturnya.
Dia pun mengatakan, buku ini ditulis dalam bahasa yang sederhana agar mudah dipahami pembaca dari berbagai disiplin ilmu tanpa perlu pengetahuan khusus. Buku ini dilengkapi berbagai contoh terkini, studi kasus, poin-poin diskusi, ringkasan serta referensi yang kredibel dan terpercaya.

Sementara itu, Prof. Yassierli, S.T., M.T., Ph.D., CPE selaku Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) yang hadir sebagai pembicara dalam peluncuran tersebut mengatakan bahwa desain adalah segalanya. Kunci dari desain sendiri ialah feature dan function. Function sendiri merupakan suatu standar yang harus dimiliki oleh suatu produk, sedangkan feature merupakan suatu pembeda dengan produk lainnya. Maka dari itu, tantangan terbesar dalam desain ialah menjadi inovatif.
“Tantangan dalam desain itu keluar dengan sesuatu yang inovatif,” ujar Yassierli.
Prof. Yassierli juga mengungkap 3 goals dari desain yang inovatif yakni; People “desirable”, Business ”viable”, dan Technical ”feasible”.
“Memang menjadi tantangan bagaimana kita keluar tidak hanya suatu produk berbicara tentang Technical Feasible, namun juga Business Viable dan kemudian keinginan orang untuk memiliki produk tersebut,” ucapnya.
Selain itu, Prof. Yassierli juga mengungkap beberapa challenge terkait dengan goals yang sebelumnya telah dia sebutkan, antara lain :
- Human Centered Design : Manusia dalam berinteraksi harus dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh, bukan koleksi dari berbagai feature (tubuh, jiwa, akal, dan lain-lain). Meskipun demikian, setiap manusia memiliki feature yang membuat masing-masing manusia unik.
- Paradox of Technology (Usability Issues): Perkembangan teknologi telah membuat masyarakat memiliki ekspektasi lebih terhadap produk baru. Masyarakat seringkali berharap fitur-fitur baru tanpa memikirkan usability fitur baru tersebut. Usability sendiri memiliki pengertian seberapa mudah untuk user dapat mencapai objektifnya dalam menggunakan produk. Maka dari itu, usability memiliki peran yang penting dan bisa dijadikan suatu alat yang kompetitif.
- The Ergonomic Quality : User Experience (UX) yang meliputi Usability dan aspek relasional serta emosional memiliki peran yang penting dan harus diperhatikan. Hal tersebut dikarenakan manusia merupakan makhluk yang memiliki emosi.
Sementara itu, Rektor UNPAR Mangadar Situmorang, Ph.D. dalam sambutannya mengatakan ini menjadi kesempatan bagi para dosen untuk tidak sekadar menyampaikan materi perkuliahan, tetapi juga menghasilkan suatu karya yang kolaboratif.
“Suasana yang memberikan kesempatan, izin, peluang, kebebasan, kemerdekaan untuk para dosen tidak hanya sekedar untuk datang ke kelas lalu menyampaikan perkuliahan tetapi juga bagaimana menuliskan buku lalu kemudian menyatukannya, merajutnya dengan karya-karya yang lain sehingga bisa menjadi karya kolaboratif. Suasana akademik dan sosial yang sekali lagi menunjukkan saling menghormati, menghargai, dan mendukung,” tuturnya.

Rektor juga mengatakan bahwa institusi pendidikan tinggi hanya akan bermakna ketika dapat membawa dampak kepada banyak orang. Menindaklanjuti hal tersebut, diperlukan suatu institusi atau struktur yang mendukung hal ini sehingga pengerjaannya dapat lebih mudah.
Tidak lupa, Rektor turut menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang terlibat dalam peluncuran dan bedah buku “Desain Interaksi: Fundamental dan Proses” tersebut.
“Terima kasih untuk semua karya, terimakasih untuk penyelenggaraan acara hari ini, book launching,” tuturnya. (KTH/JES-Humkoler UNPAR)