Diskusi 300 Tahun Immanuel Kant Membahas Kontribusi Metafisika pada Sains

UNPAR.AC.ID, Bandung – Dalam rangka memperingati 300 tahun Immanuel Kant, Universitas Katolik Parahyangan bersama dengan Goethe Institut dan Komunitas Salihara mengadakan diskusi mendalam bertajuk “Landasan Metafisika bagi Sains”. Acara ini menghadirkan dua tokoh filsafat terkemuka, Bambang Sugiharto dari Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) dan Karlina Supelli dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, yang berbagi perspektif mereka tentang keterkaitan antara filsafat Kant dengan prinsip-prinsip sains modern.

Bambang Sugiharto membuka diskusi dengan menekankan pentingnya pemisahan yang Kant lakukan antara fenomena, dunia yang kita alami, dan noumena, yang tak terjangkau secara langsung.

“Kant memberikan fondasi baru dalam berpikir filsafat dengan menantang kita untuk mempertanyakan batas-batas pengetahuan,” ujar Sugiharto. Beliau menambahkan bahwa karya Kant berfungsi sebagai titik tolak untuk memahami bagaimana kita mengkonstruksi pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

Karlina Supelli menggali lebih dalam tentang usaha Kant dalam menyatukan metafisika dan sains. Menurutnya, Kant melihat bahwa tanpa dasar metafisika yang kuat, sains bisa kehilangan arah dalam menjelaskan alam semesta.

“Kant berusaha keras untuk menunjukkan bahwa sains tanpa metafisika adalah seperti tubuh tanpa kerangka; dia percaya bahwa kedua disiplin ilmu ini saling melengkapi,” jelas Supelli.

Karlina juga mengutip dari karya Kant, yang menggambarkan kesulitan tapi kebutuhan penting dalam ‘mengawinkan’ metafisika dengan geometri untuk membuktikan prinsip-prinsip sains.

Pembahasan berlanjut dengan tanya jawab yang mendalam, menggali lebih jauh konsep fenomena dan noumena. Sugiharto menjelaskan bahwa, menurut Kant, sains beroperasi di ranah fenomena dengan melakukan pengamatan dan eksperimen, sedangkan filsafat berkutat dengan noumena yang menantang kita untuk memikirkan apa yang ada di luar jangkauan empiris.

Salah satu poin penting yang disoroti adalah bagaimana Kantianisme masih relevan dalam konteks ilmiah dan teknologi modern, yang menuntut pemahaman yang lebih komprehensif mengenai dasar-dasar teoretis ilmu pengetahuan.

“Dalam era dimana teknologi berkembang pesat, memahami pendekatan Kant terhadap metafisika bisa membantu kita menjaga sains agar tetap berada di jalur yang etis dan bermakna,” ujar Supelli menjelang penutupan diskusi.

Acara ini tidak hanya memberikan penghormatan kepada Kant sebagai sosok sentral dalam filsafat modern, tetapi juga memperkuat pentingnya dialog antara sains dan filsafat dalam menuntun eksplorasi manusia atas alam semesta. Kerja sama antara lembaga akademis dan budaya dalam acara ini menunjukkan komitmen bersama dalam mendorong pemahaman interdisipliner yang lebih luas. (NAT-Humas UNPAR)

Berita Terkini

Masa Depan Indonesia-AS

Masa Depan Indonesia-AS

UNPAR.AC.ID, Bandung - Berakhirnya proses Pemilihan Presiden (pilpres) Amerika Serikat 2024 memberikan hasil sementara Pasangan Donald Trump-James Vance mengungguli pasangan Kamala Harris-Tim Walz, walaupun hasil resmi akan diumumkan oleh Kongres Amerika Serikat pada...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Mei 13, 2024

X