UNPAR.AC.ID, Bandung – Diplomasi digital dinilai menjadi metode dan cara baru dalam berdiplomasi dengan menggunakan internet dan teknologi digital. Hal tersebut mengemuka dalam acara peluncuran buku “Diplomasi pada Era Informasi; Digitalisasi, Kebijakan Luar Negeri dan Membangun Citra”, karya Prof. Sdiukawarsini Djelantik yang berlangsung secara daring, pada medio Maret 2022 lalu.
Acara tersebut diinisiasi oleh Parahyangan Center for European Studies Universitas Katolik Parahyangan (PACES UNPAR) atau Pusat Studi Eropa UNPAR, bekerja sama dengan Parahyangan Center of International Studies (PACIS) UNPAR. Turut hadir Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi pada Kementerian Luar Negeri RI Dr. Teuku Faizasyah untuk mengupas isi buku. Tak hanya itu, hadir pula Inigo Goestiandi-salah seorang penulis- di bab buku tersebut yang mempresentasikan “Diplomasi Publik Tiongkok Menggunakan Panda”.
Teuku Faizasyah menjelaskan, diplomasi digital sebagai metode dan cara baru dalam berdiplomasi dengan menggunakan internet dan teknologi digital. Diplomasi digital termasuk dampak penggunaan yang melibatkan masyarakat sebagai pelaku diplomasi.
Menurut dia, pengelolaan diplomasi virtual pada era informasi dipandang sama penting dengan diplomasi konvensional yang mensyaratkan kehadiran fisik diplomat maupun Kedutaan Besar. Lebih lanjut dijelaskan mengenai hakikat diplomasi untuk mencapai perdamaian.
Mengambil contoh kasus invasi Rusia atas Ukraina, Faizasyah menuturkan ihwal penerapan teori Realis, yaitu ketika kekuatan militer digunakan untuk mencapai kepentingan nasional. Kementerian Luar negeri di berbagai negara saat ini melakukan berbagai penyesuaian aktivitas dan program dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Terbitnya buku “Diplomasi pada Era Informasi; Digitalisasi, Kebijakan Luar Negeri dan Membangun Citra” pun disambut baik. Dia mengungkapkan, munculnya buku-buku kajian terkait diplomasi akan membawa dampak signifikan dalam pengelolaan diplomasi ke depannya.
Peran akademisi sebagai mitra dalam memajukan diplomasi dan menyerap informasi, lanjut dia, akan memperkaya ‘peluru’ Indonesia, melalui masukan-masukan dan analisis akademis. Termasuk kontribusi perguruan tinggi yang menghasilkan kajian-kajian sebagai amunisi bagi diplomasi Indonesia. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)