Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (FF Unpar) secara resmi berdiri sejak 1983. Selama lebih dari 30 tahun, FF Unpar telah banyak berkontribusi di lingkungan masyarakat. Beberapa tahun ke belakang, FF Unpar secara resmi mendirikan sebuah pusat studi filsafat yang diberi nama Centre for Philosophy, Culture, and Religious Studies (CPCReS).
Tujuan utama dari CPCReS sendiri adalah sebagai fasilitator, salah satunya mengakomodasi kerinduan dan kebutuhan manusia sebagai bagian dari masyarakat. Maka tujuan ini pun dituangkan dalam visi dan misi dari CPCReS yang juga sejalan dengan visi universitas maupun fakultas. Visi dari CPCReS sendiri berbunyi: “Komunitas akademik humanum yang menanggapi kerinduan serta kebutuhan manusia akan kearifan, keadaban, dan keutuhan.”
Pastor Onesius Otenieli Daeli, SS., M.Hum., Ph.D. selaku Kepala CPCRes pun menjelaskan visi dari CPCReS dengan sebuah metafora yang diambil dari gedung FF. Beliau mengatakan bahwa gedung FF sendiri bangunannya lebih kecil dan letaknya memang terpisah dari gedung utama Unpar. Dari sini, yang berusaha dibentuk adalah bagaimana sesuatu yang kecil bisa menjadi pemantik dan ikut bersinar bersama dengan lembaga-lembaga yang lebih besar.
Dalam mencapai visi tersebut, CPCReS merumuskan beberapa misi, yang mencakup membangun komunitas akademik yang kritis, kreatif, dan peduli; menggali kekayaan budaya dan agama untuk dijadikan referensi dalam membangun masyarakat yang humanum dan pluralis; serta Mengembangkan masyarakat agar memiliki pemahaman mendalam tentang kultur dan religi serta terampil menerapkannya dalam praksis hidup.
Melalui visi misi dari CPCReS, FF sangat berharap dapat memberikan sesuatu kepada masyarakat juga secara aktif berkontribusi kepada Unpar. Beberapa usaha yang dijalankan oleh CPCReS di antaranya adalah meningkatkan pertemuan ilmiah dalam berbagai bentuk (extension course, colloquium, seminar, lokakarya, dan sebagainya) secara berkala, mengadakan dan mempublikasikan hasil penelitian, mengadakan program Pendidikan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPPM), serta kegiatan-kegiatan lainnya dengan lembaga yang bekerja sama dengan Unpar.
Pandemi dan Filsafat
Datangnya pandemi yang secara tiba-tiba tidak hanya berdampak pada sebagian kecil masyarakat, namun telah menjadi efek domino yang mengganggu banyak sektor di kehidupan manusia.
“Bila dilihat dari sisi filsafat, seharusnya pandemi ini membuat kita mempunyai pola pikir yang lebih luas. Sebagai manusia kita harus bisa menyiasati situasi saat ini, bukan justru disiasati oleh keadaan dan akhirnya terlarut ke dalamnya,” ucap Romo Ote memberikan pandangannya terkait pandemi.
Beberapa hal pun bergeser dari konvensional menjadi digital–– bahkan hal-hal yang biasanya luput dari pergeseran zaman. Salah satu contohnya adalah ibadah manusia yang dibatasi di tengah masa pandemi ini.
Sebagai manusia yang menjalani kehidupan saat ini, sudah sepatutnya kita berusaha menjaga kehidupan itu tetap ada. Adanya keadaan yang mengganggu jalannya kehidupan haruslah memaksa kita untuk mencoba beradaptasi dan terbiasa dengan hal yang baru. Pada akhirnya, filsafat akan membentuk cara berpikir dan membantu kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan itu sendiri.
CPCReS dalam Arus Transformasi
CPCReS sebagai sebuah pusat studi saat ini membawahi penelitian serta pengabdian masyarakat di FF pada khususnya dan Unpar pada umumnya. CPCReS sendiri sudah membuat roadmap yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa maupun dosen dalam menjalankan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Roadmap tersebut juga disusun guna menjawab pertanyaan-pertanyaan dan kerinduan masyarakat akan kearifan, keadaban, dan keutuhan. Romo Ote menyatakan bahwa, lebih lanjut lagi, peran pusat studi juga sebagai pendorong perubahan pola pikir masyarakat.
“Sebuah kesadaran harus ditumbuhkan dari dalam diri masyarakat. Sehingga nantinya, kewajiban itu menjadi sebuah pengertian dan pemahaman tersendiri,” tutur Romo Ote.
Dengan menumbuhkan kesadaran tersebut, masyarakat akan dapat beradaptasi dan menjalankan protokol kesehatan tanpa merasa terpaksa. Misalnya, dengan menggunakan masker bukan hanya karena adanya protokol pemerintah, melainkan karena sadar bahwa mereka mencintai hidup mereka (menghindari tertular virus) serta mencintai hidup orang lain (menghindari menularkan).
Pada akhirnya apa yang dilakukan oleh CPCReS adalah melatih masyarakat untuk berpikir–– menciptakan pemikir-pemikir yang akan menemukan jawaban atas banyaknya pertanyaan di kehidupan saat ini. Dengan menciptakan pemikir-pemikir tersebut, nantinya juga diharapkan mereka dapat membagikan ilmu-ilmu yang mereka ketahui kepada khalayak. (AKA/DAN – Divisi Publikasi)