Chemipreneur, Peluang Bisnis di Industri Kimia bagi Lulusan UNPAR

UNPAR.AC.ID, Bandung – Mendirikan startup nyatanya tak hanya menjadi peluang bagi mahasiswa dan lulusan bidang teknologi informasi, lulusan teknik kimia dan program studi (prodi) serumpun pun berpeluang memiliki usaha sendiri dan menjadi seorang chemipreneur. Hal itu disampaikan founder Biopac.id -perusahaan rintisan- yang bergerak dalam bisnis bio-packaging, Dr. Noryawati Mulyono, S.Si.

Dalam webinar yang bertajuk “Chemipreneurship: Start Up di Industri Kimia?”, Jumat (18/6/2021) yang diinisiasi Program Studi Magister Teknik Kimia Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) itu, Nory-begitu kerap disapa-berbagi tantangan dan peluang bagi mahasiswa dan lulusan teknik kimia yang ingin terjun dalam dunia bisnis.

Praktisi di industri pangan, dosen, dan peneliti itu pun mengungkapkan bahwa saat ini dunia bisnis tidak lagi didominasi oleh perusahaan besar dengan aset dan sumberdaya yang sangat besar dan lengkap. Lulusan teknik kimia, lanjut dia, berpeluang mendirikan usaha sendiri dan menjadi chemipreneur.

“Jika sudah punya prototipe produk, bagus untuk kita tahu kita gagal di segi apa dalam memulai sebuah bisnis dan lakukan identifikasi, lalu selesaikan (masalah) satu per satu. Kita juga bisa bikin produk yang sudah ada di pasaran, tetapi harus punya value proposition sendiri. Kalau tidak punya value proposition, kita cuman jadi follower dan akhirnya orang kenal kita karena ‘oh, harganya murah’, tetapi enggak punya value lain,” tutur Nory.

Nory pun menuturkan, perusahaan rintisan harus memiliki inovasi dan jeli melihat apa yang dibutuhkan masyarakat kini. Permasalahan yang muncul di grass root, lanjut dia, kerap berpotensi bagi seseorang untuk menciptakan solusi dan dapat membidik pasar yang tepat. Inovasi dan riset yang dilakukan, tak menutup kemungkinan berujung pada bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan finansial, namun mesti dibarengi dengan kompetensi yang perlu disiapkan sejak dini untuk menjadi seorang chemipreneur.

“Kita lihat contohnya Apple dan Elon Musk, mereka punya customer yang sangat loyal dan tidak akan pindah ke brand lain hanya karena tren. Sebab mereka punya ciri dan targetnya masing-masing. Semakin kita bisa mengatur value proposition, maka target market kita semakin tepat,” ujarnya.

Sama seperti wirausaha lainnya, menjadi seorang chemipreneur pun harus peka melihat masalah, menangkap peluang dari masalah tersebut, dan menawarkan solusinya. Hal itulah yang mendasari dirinya berani merintis usaha di bidang bio-packaging. Permasalahan sampah plastik yang menjadi concern pihaknya menjadi titik awal Biopac menawarkan solusi bagi mereka yang peduli dengan isu lingkungan dan kesehatan.

“Siapa yang mau beli ke Biopac? Tentunya orang yang concern dengan isu lingkungan dan orang yang berpikir soal penggunaan plastik yang tidak baik untuk kesehatan. Salah satu kunci kesuksesan dari Biopac dibanding perusahaan bioplastik lain adalah kami mulai mengedukasi market terlebih dahulu. Kami mengedukasi soal permasalahan penggunaan plastik,” kata Nory.

Peluang lainnya, data penelitian terbaru menunjukkan bahwa rerata dalam satu minggu, manusia mengonsumsi mikroplastik sebesar kartu ATM (anjungan tunai mandiri). Atas dasar itu, lanjut dia, pasar yang disasar Biopac akan berpikir untuk mengurangi jumlah mikroplastik dengan menggunakan bioplastik.

“Berdasarkan data, mikroplastik itu sudah ada di garam, air, dan berbagai makanan. Air mineral contohnya sudah disurvei dari seluruh dunia 94 persen itu mengandung mikroplastik, garam lebih dari 90 persen. Artinya kita tidak bisa menghindarinya, tetapi bisa mengurangi jumlah mikroplastik,” ucapnya.

Bekal Studi

Menurut dia, bekal studi di teknik kimia akan sangat membantu seorang chemipreneur dalam merintis bisnis. Dari segi tekniknya itu sendiri, chemipreneur bisa mengantisipasi kegagalan bisnis untuk 10 tahun pertama dengan syarat memiliki inovasi dan target pasar yang tepat. Walau tak menutup kemungkinan, 10 tahun setelahnya akan berjalan aman.

“Dengan kita punya bekal di teknik kimia, kita enggak hanya mengandalkan karyawan yang direkrut, karena karyawan kita belum tentu punya passion seperti kita. Kita yang kuliah di teknik kimia, jadi kita sendiri yang bikin bisnisnya. Benar-benar harus bijak dengan bekal pengetahuan dan passion itu akan sangat membantu. Oleh karena itu, yang ingin bisnis, kalau kuliah jangan ngantuk-ngantuk,” tutur Nory seraya berkelakar.

Lebih lanjut, bicara startup, bukan hanya bicara inovasi dan teknologi, Nory berpesan agar diimbangi dengan passion masing-masing individu. Berinovasi tanpa memiliki strategi juga tidak akan berjalan efektif. 

“Strategi itu sangat penting, bisa mengidentifikasi target market yang tepat. Sebab tidak mungkin produk kita, entah itu berupa barang atau jasa, bisa dipakai oleh semua orang tanpa ada batasan sama sekali. Jangan berhenti untuk berpikir, menggali ide, berinovasi, membuka mata lebar-lebar, barangkali kita perlu melakukan sedikit modifikasi. Intinya harus jeli,” ujar Nory menutup sesi diskusi. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)

Berita Terkini

UNPAR Lantik 31 Lulusan Program Profesi Insinyur

UNPAR Lantik 31 Lulusan Program Profesi Insinyur

UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) melantik 31 lulusan Program Studi Program Profesi Insinyur (PS-PPI) dalam Upacara Wisuda PPI Tahun Akademik 2024/2025. Upacara wisuda yang diselenggarakan di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz-Geise...

Bima Arya Hadiri Wisuda UNPAR, Beri Alumni Inspirational Speech

Bima Arya Hadiri Wisuda UNPAR, Beri Alumni Inspirational Speech

UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkesempatan menerima kehadiran Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Dr. Bima Arya Sugiarto, dalam Sesi 1 Wisuda I Tahun Akademik 2024/2025 yang dilaksanakan pada Jumat (9/5/2025). Sebagaimana...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Jun 19, 2021

X