UNPAR.AC.ID, Bandung – Program Studi Matematika UNPAR resmi luncurkan buku Wali Ate yang menceritakan kisah perjalanan 21 mahasiswa jurusan matematika UNPAR yang mengikuti kegiatan PMD3T (Program Mengajar di Daerah Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) selama mendampingi anak-anak di Sumba.
Seorang perwakilan mahasiswa matematika UNPAR, Andini menjelaskan bahwa buku Wali Ate merupakan produk akhir dari Program Mengajar di Daerah 3T (PMD3T). Pembuatannya pun memakan waktu yang cukup lama dan dalam prosesnya mahasiswa diajari pembekalan fotografi dan praktik secara langsung. Selama di Sumba, mahasiswa pun diminta untuk mengabadikan momen dari setiap kegiatan yang ada, baik mengajar di sekolah dasar, desa, serta acara adat yang ada di Pulau Sumba.
“ Kami mengumpulkan semua momen dalam satu dokumen yang kemudian dilakukan kurasi oleh beberapa tim inti pembentukan photobook Wali Ate. Di dalamnya, kami diarahkan untuk menentukan foto terbaik dari 21 mahasiswa serta membantu menambahkan keterangan foto melalui kata. Pembentukan photobook Wali Ate ini menjadi produk kolaborasi antara mahasiswa dengan dosen serta kakak pendamping PMD3T,” tutur Andini.
Dia mengatakan bahwa tantangan selama penyusunan photobook Wali Ate saat mereka tidak memiliki skill handal dalam fotografi sehingga terdapat sedikit keterbatasan. Kendati demikian hal tersebut berhasil diatasi dengan bantuan dari berbagai pihak.
“ Namun, pihak program studi memberikan beberapa pembekalan mengenai fotografi bagaimana memberi “kesan rasa” pada setiap foto. Maka dari itu, kami mendapatkan beberapa ilmu dari pembekalan tersebut. Selain itu, kami juga dengan selalu berlatih fotografi dan selalu berusaha memberikan foto terbaik walau hanya menggunakan handphone saja,” tutur mahasiswa prodi Matematika UNPAR tersebut.
Kesuksesan dari peluncuran buku Wali Ate tidak luput dari dukungan berbagai pihak yang memberikan dampak yang besar.
“ Dukungan dari berbagai pihak sangat memberi dampak besar pada penyusunan Wali Ate. Beberapa di antaranya terdapat pembekalan fotografi, pengajaran untuk bercerita melalui kata, serta penyusunan buku Wali Ate. Dukungan tersebut disediakan oleh dosen pendamping kami. Dari pembekalan fotografi, banyak sekali pembelajaran yang dapat diambil seperti bagaimana cara mengambil foto, kapan “waktu” yang tepat untuk mengambil foto, bagaimana “menyalurkan rasa” melalui foto, belajar mengenai komposisi foto, serta hal lainnya. Bagi kami yang tidak memiliki pengalaman dalam bidang fotografi tentunya pembekalan ini sangat berguna,” ucap Andini.
Tak berhenti sampai disitu, Andini mengatakan bahwa mereka mendapat pengetahuan untuk membuat jurnal untuk menanggapi foto yang terdapat di buku.
“ Selain itu, kami diberikan dukungan pembelajaran untuk melengkapi isi dari buku Wali Ate, yakni menulis. Kami diajarkan untuk selalu membuat “jurnal” yang di dalamnya merupakan bentuk tulisan bercerita kami mengenai beberapa topik. Melalui pembuatan jurnal ini, sebagian dari kami yang susah untuk bercerita melalui kata akhirnya menjadi terbiasa dan dapat mengungkapkannya. Selain foto, di dalam buku Wali Ate juga terdapat tulisan-tulisan dari kami yang melengkapi cerita kami selama di Sumba,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia berharap agar buku tersebut dapat bermanfaat bagi semua pihak dan termotivasi dengan cerita mereka di Sumba.
“ Harapannya semoga buku ini berguna untuk pihak mana pun. Baik mahasiswa, pihak universitas, warga Sumba, maupun pihak lain. Selain itu, semoga buku ini bisa laku terjual karena hasil dari penjualan buku ini akan didonasikan untuk pihak-pihak yang sangat membutuhkan bantuan di Sumba dan dapat memperkenalkan kekayaan yang ada di Sumba sana. Pesan untuk teman-teman mahasiswa semoga dapat termotivasi dengan cerita pengalaman kami selama satu bulan di Sumba dan terus meningkatkan rasa keinginan untuk belajar, tenggang rasa, serta toleransi,” tutur Andini. (JES-Humkoler UNPAR)