UNPAR.AC.ID, Bandung – Bukan sekadar pameran karya, Ruang Angkasa hingga Nawung Kridha menjadi dua konsep yang disajikan para mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Tak hanya disuguhkan demi menunaikan tugas kuliah semata, dua pameran tersebut menjadi batu pijakan untuk melangkah selanjutnya ke dunia kreativitas tanpa batas.
Melalui helatan Studio Akhir Arsitektur (SAA), mahasiswa Arsitektur bercerita konsep ruang angkasa yang merepresentasikan para mahasiswa SAA UNPAR yang telah siap untuk menjelajah alam semesta. Dilaksanakan secara rutin sejak 2003 silam, SAA Awards tahun ini mengangkat tema “Go Beyond” dan total 41 karya yang dipamerkan.
Karya peserta SAA Awards bisa dilihat secara onsite di Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) Lantai 1A UNPAR hingga September 2022. Lebih lanjut, sila mengunjungi https://www.arsawards.org/ untuk menilik detail karya peserta.
Sementara mahasiswa Integrated Arts yang baru memulai pameran keduanya sebagai program baru di UNPAR, mengangkat Motifs; Monde Creatifs-yang dalam bahasa Perancis artinya Dunia Kreatif. Motifs menjadi judul besar pameran Integrated Arts yang akan menampung subjudul lain di setiap pameran yang akan datang. Nawung Kridha menjadi sekuel sekaligus sub-judul lanjutan usai Motifs: Commencier, sebagai awal permulaan yang dipamerkan pada Januari 2022 lalu.
Kepala Prodi Sarjana Arsitektur UNPAR Ar. Dr. Bachtiar Fauzy, IAI mengatakan, forum pameran ini dapat memberikan pengetahuan secara menyeluruh bagaimana konsep desain yang telah ditumbuhkembangkan dalam karya rancang yang selaras dengan kebutuhan desain masa depan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
“Penjelajahan desain arsitektural mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur UNPAR dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan khasanah desain arsitektural secara lebih konkret, komprehensif, dan berkesinambungan,” demikian dikutip dari laman SAA Awards, Minggu (31/7/2022).
Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia Ar. Georgius Budi Yulianto, ST., MT., IAI., AA, pun mengungkapkan bahwa Studio Akhir Arsitektur merupakan akhir pembuktian pemahaman design yang telah dipelajari dan proses yang telah dijalani. Tidak hanya untuk mahasiswa, tapi juga tantangan dan tolak ukur keberhasilan mentor dalam membimbing, terutama dalam menghantar peta jalan untuk Praktik Profesi Arsitek pada tahapan selanjutnya.
SAA Awards, lanjut dia, telah menjadi kegiatan yang selalu ditunggu, yang selama 17 tahun dan 37 kali telah diselenggarakan serta sudah menjadi tradisi. SAA Awards juga menjadi ajang pembuktian eksistensi design tugas akhir studio secara objektif, dimana penilai atas desain arsitektur ini tidak hanya berasal dari internal Prodi Arsitektur UNPAR, tetapi juga berasal dari Asosiasi Profesi dan penilai yang berasal dari praktisi arsitek dari luar negeri.
“Era disrupsi, revolusi industri 4.0 dan era pasca pandemi memaksa arsitek untuk selalu menyelaraskan karyanya sesuai perkembangan. Dengan tema “Go Beyond”, diharapkan karya-karya dalam SAA Awards dapat menjadi barometer baru bagi karya-karya tugas akhir mahasiswa Arsitektur yang dapat mengilhami Perguruan Tinggi lain,” demikian dikutip masih dari laman yang sama.
Tesalonika Deviani, Ketua Panitia SAA Awards 38 mengatakan, SAA Awards 38 menjadi titik kembali pasca pandemi bagi mahasiswa Arsitektur UNPAR untuk menggelar pameran offline usai 2 tahun lamanya.
“SAA Awards menjadi ajang bagi peserta yang telah menempuh Studio Akhir untuk mempersembahkan karya terbaiknya selama berkuliah di bidang Arsitektur. Harapannya, kami dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa-mahasiswa Arsitektur yang akan menempuh Studio Akhir Arsitektur nantinya,” ujar Tesa yang juga mahasiswa Prodi Sarjana Arsitektur 2019.
Nawung Kridha
Motifs: Nawung Kridha adalah sebuah pameran mahasiswa Integrated Arts yang menyuguhkan proses berkarya selama satu semester. Berbagai macam karya seni dari berbagai bidang dan background, sesuai dengan pilihan dan karakter masing-masing ditampilkan. Karya seni yang akan ditampilkan berdasarkan studio yang ada di Integrated Arts dimulai dari Seni Rupa, Seni Pertunjukan, Seni Musik, dan Penulisan Kreatif.
Subjudul yang digunakan dalam pameran kali ini adalah Nawung Kridha. Berasal dari bahsa Sansekerta, Nawung Kridha memiliki arti: halus perasaaan dan atau mengerti perasaan orang lain. Nawung Kridha membuat kita sadar atas kehampaan sebenarnya untuk menjadi seorang manusia dan menimbulkan rasa penerimaan dari rasa tersebut.
Pameran ini memamerkan kemampuan dan pengetahuan dari Studi Seni Terpadu 2 dan Studio Seni Terpadu 4 Integrated Arts. Studio Seni Terpadu 4 menampilkan karya-karya project eksperimentasi dan eksplorasi dari masing-masing mahasiswa. Sementara mahasiswa Studio Seni Terpadu 2 yang tengah mengalami penjurusan studio akan menunjukkan karya dari masing-masing peminatan.
Project Manager Pameran Muhammad Fathan menuturkan, bersama teman mahasiswa lainnya mereka berusaha menunjukkan sisi lain dalam proses pembuatan dan presentasi karya. Nawung Kridha menjadi langkah selanjutnya untuk menunjukkan integrasi seni secara bertahap dari sudut pandang mahasiswa Integrated Arts.
“Dunia kreatif yang kami buat semester lalu terus berkembang dengan harapan tak akan pernah berhenti,” tuturnya.
Ketua Jurusan Filsafat UNPAR Dr. Stephanus Djunatan menuturkan, berbagai macam karya seni sesuai dengan pilihan dan karakter masing-masing mahasiswa ditampilkan. Karya seni itu berdasarkan studio yang ada di Integrated Arts, dimulai dari Seni Rupa, Seni Pertunjukan, Seni Musik, dan Penulisan Kreatif.
Integrated Arts UNPAR yang terbilang masih ‘balita’ ini di usianya yang berjalan 2 tahun dan telah melakukan 2 kali pameran serta workshop penciptaan karya seni. Melalui program Integrated Arts, mahasiswa diharapkan kompeten sebagai seniman dan entrepreneur kreatif.
“Harapannya, kemampuan berkreasi lintas bidang dan melampaui media ini dapat tetap berkembang sedemikian rupa sehingga melahirkan sarjana yang mumpuni dalam penciptaan karya lintas bidang,” ucapnya. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)