UNPAR.AC.ID, Bandung – Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkesempatan menerima kehadiran Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Dr. Bima Arya Sugiarto, dalam Sesi 1 Wisuda I Tahun Akademik 2024/2025 yang dilaksanakan pada Jumat (9/5/2025).
Sebagaimana diketahui, Dr. Bima Arya merupakan alumni Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNPAR angkatan 1991. Setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai Wali Kota Bogor selama dua periode (2014–2019 dan 2019–2024), Bima Arya kini menjabat sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Maju.
Dalam suasana nostalgia, Bima Arya menyampaikan rasa cintanya ke UNPAR melalui kenangan masa kuliahnya yang dirinya dapatkan dari para senior yakni ‘Buku, Pesta, dan Cinta’ atau Books, Party, and Love.
“Kata senior, jadi mahasiswa gak keren kalau gak baca buku. Kalau ngobrol, itu terlihat bedanya antara yang baca dan tidak. Tapi kalau baca buku aja, gak bergaul, gak berpesta, maka juga gak keren. Jadi, buku harus dilengkapi dengan pesta. Tapi baca buku, datang ke pesta, bergaul tanpa cinta itu hampa. Banyak anak-anak dengan IPK di atas 3 saat itu dan juga aktif di macam-macam kegiatan kampus, tapi jomblo sampai wisuda. Itu dianggap tidak keren saat itu. Buku, pesta, cinta.”
Awalnya, dirinya merasa bahwa konsep tersebut hanyalah sekadar didikan para senior untuk menjadi mahasiswa yang keren. Namun, puluhan tahun berlalu dan dirinya menyadari bahwa konsep tersebut justru membiasakan manusia untuk memaknai hidup yang seimbang, atau dikenal dengan life balance.
“Tapi kemudian, puluhan tahun setelahnya, baru saya sadari, books, party, and love bukan sebatas ajaran untuk menjadi mahasiswa yang cool atau keren, tetapi mendidik kita, menggembleng kita, mengajarkan kita, dan membiasakan kita untuk memaknai hidup yang seimbang. Life balance,” ujarnya.
Dirinya mengingatkan para wisudawan bahwa kehidupan setelah bangku kuliah akan membawa tantangan tersendiri.
“Pada saatnya nanti, pasti akan terjebak dengan rutinitas pekerjaan. Pergi pagi, pulang malam. Beruntung kalau pagi-pagi bisa bertemu istri, anak, suami. Kadang kita berangkat, mereka masih tertidur, dan beruntung kalau kita pulang mereka masih terjaga. Rutinitas itu menjebak,” tutur Bima Arya.
Ia menambahkan, di tengah kesibukan yang melelahkan itu, akan ada masa di mana seseorang merenung dan bertanya: apa yang sebenarnya dicari? Ada pula fase dalam hidup ketika seseorang mulai mampu membagi waktu secara bijak, untuk menyenangkan atasan, bekerja dengan rekan sejawat, namun tetap menikmati waktu bersama sahabat, kerabat, dan keluarga. Bahkan mungkin, sekadar healing dengan teman tersayang atau sahabat masa kecil.
“Kadang ada yang terlalu serius memboboti pekerjaan, kadang ada yang nggak serius ngurusin pekerjaan. Kadang hidupnya penuh canda tawa, dan kehilangan makna tentang arti hidup,” lanjutnya.
Oleh karena itu, buku, pesta, cinta merupakan perkenalan awal untuk memahami hidup yang seimbang. Sebuah pelajaran yang menurutnya menjadi kunci dalam memahami arti kehidupan secara utuh.
Lebih lanjut, Bima Arya juga mengungkapkan rasa cintanya terhadap UNPAR, yang mengajarkan dirinya berbagai hal penting dalam hidup. Di kampus ini, dirinya memahami makna perbedaan, di mana latar belakang yang beragam bisa menjadi kekuatan tersendiri.
“Dan puluhan tahun kemudian, saya menerima kenyataan bahwa satu kunci untuk bisa bertahan dan survive dalam kehidupan adalah kita bisa berdamai dalam perbedaan, kita bisa menghormati perbedaan, dan pada puncaknya kita bisa yakin bahwa perbedaan adalah kekuatan,” ujarnya.
Tak hanya itu, Bima Arya juga menceritakan terkait makna persahabatan yang dirinya dapatkan di UNPAR. Ia mengingatkan bahwa jabatan dan status memiliki masa akhir. Namun persahabatan, persaudaraan, akan tetap abadi sepanjang hayat.
“Percayalah, adik-adikku sekalian, pada saatnya nanti yang akan menuntun dan mendorong kalian ke puncak bukan hanya kecerdasan, kekuatan, atau kecemerlangan, tapi teman-teman yang tulus mendoakan, sahabat yang tidak ragu mengingatkan, keluarga yang diam-diam mendoakan,” ucap Bima Arya.
Dirinya pun mengingatkan bahwa dunia akan terus berputar, dan yang abadi adalah perubahan. Oleh karena itu, dirinya mengajarkan untuk tidak percaya bahwa segala sesuatu akan selalu sama.
“Percayalah, dunia berputar. Tidak ada yang abadi. Jabatan tidak abadi. Posisi tidak abadi. Hidup bukan hanya materi. Hidup hanya sekali. Hidup harus memberikan arti.”
Ia pun mengajak untuk melihat kehidupan secara lebih mendalam, bukan sekadar dari sisi kecerdasan atau pencapaian intelektual.
“Yang berharga dalam hidup ini bukan hanya kepintaran, kecerdasan, tapi kebijaksanaan atau wisdom. Menjadi tua adalah keniscayaan, tapi menjadi matang dan bijaksana adalah pilihan kita semua.”
Lebih lanjut, Bima Arya juga memberikan pesan bahwa menegaskan bahwa kesuksesan sejati tidak akan datang tanpa restu dan doa orang tua.
“Tidak ada anak durhaka yang akan menjadi sukses dan pemenang. Hari ini, orang tua adalah manusia paling bangga di ruangan ini. Jangan biarkan kebanggaan itu hilang sedikit pun.”
Baginya, keberhasilan para wisudawan bukan hanya hasil dari kecerdasan semata, tetapi juga berkat doa yang tulus dari orang tua.
“Bahagiakanlah mereka selalu dan jangan pernah lupa untuk minta doa restu dalam setiap langkah dan ikhtiar kalian.”
Mengakhiri sambutannya, ia turut menyampaikan apresiasi kepada para orang tua wisudawan.
“Bapak, Ibu orang tua wisudawan-wisudawati, selamat. Anda telah mengantarkan anak-anak Anda memasuki babak baru. Mari kita terus doakan agar semuanya akan indah pada waktunya dan Bapak-Ibu semua akan selalu bangga dengan anak-anak yang dititipkan di universitas yang sangat kita cintai ini.” (KTH-Humas UNPAR)