Masyarakat Indonesia yang kaya akan keberagaman menjadi fenomena yang sangat menarik untuk dipelajari. Dengan adanya berbagai perbedaan, semisal ras, suku, dan agama, Indonesia memiliki kekuatan yang sangat besar, namun juga potensi konflik yang cukup besar pula. Hal ini menyebabkan dialog antarkelompok semakin dirasa perlu, terutama dalam menanggapi fenomena keterbukaan dan globalisasi masa kini.
Hal ini menjadi salah satu pendorong diadakannya diskusi “Satu Indonesia”, bertema Agama dan Keadaban I, yang diadakan pada Jumat (14/7) lalu. Kegiatan yang diselenggarakan oleh NationLab Forum, sebuah kerjasama antara Fakutas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) dengan Pemerintah Kota Bandung, dihadiri oleh tamu undangan dan peserta dari berbagai kalangan masyarakat di Kota Bandung, baik dari pemerintah, tokoh masyarakat, maupun akademisi.
Lebih dari 120 orang memadati Auditorium Balai Kota Bandung untuk mengikuti ceramah dan diskusi berkaitan dengan permasalahan keberagaman dalam masyarakat. Pembicara dalam diskusi ini adalah Prof. Sumanto Al-Qurtuby, ahli agama Islam dan antropologi dari King Fahd University, Saudi Arabia. Prof. Al-Qurtuby telah menulis belasan buku serta berbagai tulisan mengenai Islam, hubungan Muslim-Non Muslim, serta permasalahan keberagaman dan pluralitas.
Dalam kesempatan ini, ia menyampaikan sedikit gambaran mengenai keberagaman, sikap menghadapi perbedaan, terutama dari pandangan Islam. Permasalahan dalam fenomena pluralitas salah satunya disebabkan oleh banyaknya kepentingan dari berbagai kalangan, serta langkah untuk menyikapi kepentingan-kepentingan tersebut. Ada kelompok-kelompok yang menolak adanya perbedaan secara keras, ada pula yang menginginkan peleburan, dan ada pula yang melihat perbedaan sebagai hal yang wajar.
Contoh yang dikemukakan adalah mengenai keberagaman di Indonesia. Indonesia telah berkali-kali menghadapi dinamika dalam menyikapi perbedaan antarkepentingan, sejak perjuangan kemerdekaan, hingga baru-baru ini. Hal ini menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk tetap berkompromi dan bersinergi, sehingga mampu membangun rumah Indonesia yang lebih baik.
Satu hal yang menarik adalah bahwa diskusi menjadi salah satu cara untuk menyikapi keberagaman secara baik. Namun, kegiatan diskusi yang sudah terjadi seringkali berjalan kurang optimal karena pertemuan yang dilakukan tidak berkesinambungan. Bahkan, berhenti di tengah jalan. Padahal, menurutnya, diskusi adalah jalan penting dalam menciptakan masyarakat pluralis yang damai.
Kegiatan diskusi Satu Indonesia akan diadakan kembali setiap bulan, hingga bulan Desember 2017, dengan menghadirkan berbagai pembicara, dan mengangkat tema-tema aktual berkaitan dengan pembangunan masyarakat Indonesia.