UNPAR.AC.ID, Bandung – Istilah bisnis franchise atau waralaba rasanya sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Konsep bisnis yang dinilai menjanjikan di era kini itu pun dihadirkan Program Vokasi Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) dalam Kuliah Tamu Bisnis Waralaba bertema “Bisnis Waralaba Masa Kini”, Rabu (30/6/2021).
Kuliah umum yang diinisiasi oleh Program Studi DIII Manajemen Perusahaan UNPAR ini menjadi salah satu implementasi kurikulum pembelajaran dan dimoderatori oleh Lilian Danil, SE,.MM., selaku dosen pengampu mata kuliah Bisnis Waralaba.
Sebagaimana diketahui kurikulum pembelajaran program vokasi DIII Manajemen Perusahaan UNPAR menerapkan experiential learning (pembelajaran berbasis pengalaman melalui praktik langsung) dengan porsi yang lebih besar yaitu 60:40 dibandingkan theoretical learning (pembelajaran berbasis ilmu pengetahuan di dalam kelas). Dengan demikian, diharapkan dapat melahirkan pelaku usaha muda di berbagai bidang.
Menghadirkan Owner Kebab Turki Baba Rafi sekaligus pemilik Zuzu Beauty Care, Nilamsari, para peserta diajak memahami konsep bisnis waralaba serta tantangan dan peluang menjadi Franchisor. Tak dimungkiri bahwa bisnis waralaba memang terkenal menggiurkan karena menjanjikan keuntungan besar dengan risiko kecil baik dalam skala bisnis kecil maupun besar. Namun, benarkah demikian?
Nilamsari yang telah bergelut selama 17 tahun dalam bisnis waralaba berbagi tips dalam merintis usaha waralaba dengan berbagai langkah dan pertimbangan plus-minus tentunya. Kebab Turki Baba Rafi sendiri merupakan sebuah jaringan usaha waralaba kebab dengan 1.500 outlet telah tersebar di 10 negara.
“Era dulu orang selalu berpikir ‘untung saya berapa?’, namun bisnis kemitraan atau franchise harus fokus dengan sistem, standarisasi, dan itu harus diterapkan kepada setiap mitra. Juga sistem survei lokasi, sistem pelayanan, sistem pelaporan, dan lain sebagainya. Itulah memulai growing with franchise atau biasa kita sebut bisnis waralaba,” tutur Nilamsari.
Selanjutnya, ada lima syarat yang harus disiapkan agar memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Pertama, sudah beroperasi lebih dari tiga tahun,; kedua, hak kekayaan intelektual (HAKI) sudah didaftarkan; ketiga, perusahan sudah berbentuk CV/PT/legal usaha; keempat, outletnya terbukti untung; dan terakhir minimum memiliki 5 outlet yang sudah beroperasi.
“Berbisnis franchise itu paling penting adalah paham bahwa bisnis ini ‘selling knowledge’. Kita bukan menjual barang, tetapi (menjual) intellectual property, sistem, dan menjual inovasi-inovasi yang selalu kita jalankan di perusahaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, membangun bisnis waralaba pun artinya menyiapkan tim manajemen. Nilamsari menegaskan bahwa tidak ada yang namanya super hero dalam sebuah bisnis waralaba, yang ada yaitu super tim. Kemudian ada 6 hal yang perlu dipersiapkan untuk menjadi Franchisor, yaitu prospektus; analisa keuangan; tim manajemen; perjanjian; production yang stabil; dan tim marketing online dan offline.
“Prospektus yaitu semacam keterangan kenapa orang harus mengambil bisnis Anda. Ketika orang mau berinvestasi kepada Anda, mau mengambil bisnis Anda. Dia harus tahu bisnis Anda sudah teridentifikasi oleh perusahaan mana saja,” katanya.
Hal kedua yang harus disiapkan untuk menjadi Franchisor adalah analisa keuangan. Jika berbicara analisa keuangan, maka berbicara juga soal masa kerja franchise yaitu rerata 5 tahun. Diharapkan dalam 2,5 tahun maksimum sudah balik modal, dan separuh masa kerja sama lainnya bisa menikmati keuntungan.
“Terkait perjanjian, makin besar uang yang dilibatkan otomatis agreement makin tebal dan biasanya memakai lawyer atau notaris. Tetapi jika masih berkisar Rp 10 juta sampai kurang dari Rp 75 juta, masih bisa menggunakan perjanjian di atas materai,” ucapnya.
Jenis pengelolaan franchise sendiri terbagi dalam dua jenis, yaitu franchise murni dan franchise syariah. Franchise murni dan syariah, lanjut dia, memang paling banyak dilakukan di seluruh Indonesia.
Nilam pun membagikan tips menjual franchise, yaitu rajin mengikuti pameran franchise, memanfaatkan Instagram Ads, Paid Promote, acknowledgement dari lomba-lomba atau institusi dan Google Ads Landing Page.
“Semua pilihan ada di tangan Anda dengan segala plus-minus. Ketika Anda ingin berbisnis, pelajari dulu. Harus bisa memahami manajemen cash flow keuangan, karena bisnis itu nyawanya di cash flow. Uang itu harus ada perputarannya,” tutur Nilam.
Selain membangun tim yang solid, dalam berbisnis hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah adab. Menurut dia, adab adalah hal dasar yang bisa membawa seseorang jauh melangkah, termasuk dalam berbisnis.
“Kalau orang pintar, tapi tidak punya adab, susah. Saya percaya kalau kita punya prinsip hidup bagus, dan kita tahu kapan harus mengucapkan ‘terima kasih’, ‘maaf‘ dan ‘tolong‘, saya rasa itu bisa membawa kita kemana pun.Hal lain adalah persistent, kuat-kuatan mental. Bisnis itu tidak ada yang tiba-tiba hasilnya muncul dalam dua minggu langsung berasa duitnya. Seberapa percaya kepada bisnis kita, itulah tugas kita sebagai owner, karena kalau bukan kita yang percaya kepada bisnis kita, lalu siapa lagi?,” ujarnya. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)