Bangun Kapasitas Intelektual Bentuk Bela Negara Ala Generasi Z

UNPAR.AC.ID, Bandung – Penguatan literasi Bela Negara secara sistematis dengan membangun semangat nasionalisme bagi Generasi Z perlu dilakukan sejalan dengan mereka-yang lahir-setelah kehadiran internet. Perlu pemahaman baru bagi Generasi Z bahwa Bela Negara bukan sekadar turun dalam peran-peran militeristik, namun membangun kapasitas intelektual dan aktualisasi sikap, perilaku, dan tindakan yang mencerminkan cinta Tanah Air.

Hal itu mengemuka dalam Webinar Nasional Askar Civitas bertajuk “Semangat Bela Negara Generazi Z” yang diprakarsai Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (BKA UNPAR), Sabtu (24/4/2021) lalu. Webinar Nasional digelar sebagai bagian dalam rangkaian kegiatan Askar Civitas 2021 yang diawali dengan perlombaan Lomba Esai, Lomba Foto Kreatif, dan Lomba Video Narasi yang diikuti oleh mahasiswa se-Indonesia baik dari perguruan tinggi swasta maupun negeri.

Hadir sebagai pembicara dalam webinar adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ir. A. Riza Patria, MBA; Kasubdit Lingdik Dit Bela Negara Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Dra. Endang Purwaningsih, M.SI; dan Influencer sekaligus Alumni UNPAR Gebrifinandi Pamungkas. 

Riza Patria yang juga kini menjabat sebagai Komandan Komando Nasional Resimen Mahasiswa Indonesia periode 2020-2025 mengatakan, Bela Negara bukan semata-mata turun dalam peran-peran militer. Melainkan, sejauh mana Generasi Z bisa mengambil peran dalam keseharian dengan memberi kontribusi dengan semangat Bela Negara.

Meskipun tak dimungkiri, lanjut Riza, ada penurunan potensi semangat Bela Negara di kalangan Generasi Z. Oleh karena itu, diperlukan skema pengenalan Bela Negara yang mudah dipahami secara kreatif.

“Terkait Generasi Z umumnya, memang saat ini harus diakui ada penurunan daripada generasi kita terhadap Bela Negara. Perlu ditingkatkan kembali dengan lebih kreatif dan sistematis,” tutur Riza.

Menurut Riza, ada beberapa alasan yang mengindikasikan penurunan semangat Bela Negara tersebut. Di antaranya, munculnya semangat kedaerahan yang berlebihan, separatisme dan intoleransi agama yang berujung pada kebencian antar umat beragama. Serta kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan kesenian daerah.

Riza mengungkapkan, Bela Negara dianggap masih terlalu konseptual dan belum dipahami lebih luas oleh masyarakat, khususnya Generasi Z. Inovasi dan kreativitas baru sangat diperlukan agar materi-materi pembinaan Bela Negara dapat diterima dan dipahami Generasi Z. Dalam hal ini, tentunya materi yang diberikan harus menarik dan tidak membosankan.

“Apalagi generasi ini adalah generasi digital. Jadi kita perlu inovasi dan kreativitas terkait pemahaman Bela Negara. Jangan diartikan Bela Negara itu turun berperang, bukan seperti itu. Banyak sekali bentuk Bela Negara yang dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menghindari tawuran, narkoba,” ujarnya.

Riza mengatakan, peran Generasi Z menjadi vital seiring dengan kepentingan bangsa dan negara. Sebagaimana diketahui, lanjut Riza, menyadur data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat jumlah penduduk Indonesia pada 2020 didominasi oleh Generasi Z. Jumlahnya mencapai 75,49 juta jiwa atau 27,94 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 270,20 juta jiwa.

Selain itu, kepemilikan gadget pada Generasi Z selama masa pandemi Covid-19 mencapai 86 persen dengan waktu berinternet minimal 4 jam sehari. Penggunaan terbanyak pada masa pandemi adalah untuk online learning, bermain game, job hunting untuk mereka yang lulus SMA atau kuliah, dan akses video konten.

“Jadi kuasai informasi, sampaikan kepada publik, teman-teman. Kami berharap Generasi Z betul-betul menguasai informasi yang ada dan menyebarluaskannya. Serta membantu mengklarifikasi berita-berita yang tidak baik, menyampaikan berita-berita positif demi kepentingan masyarakat,” kata Riza.

Aktualisasi Bela Negara

Sementara itu, Endang Purwaningsih menyatakan bahwa Generasi Z adalah generasi masa depan Indonesia. Aktualisasi Bela Negara, lanjut dia, bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari sikap, perilaku, dan tindakan.

“Mungkin agak sulit dibayangkan bagi generasi Z. Lahir di era internet yang serba digital, multitasking, sedang mencari jati diri, ambisinya cukup bisa dirasakan. Inilah generasi calon pemimpin bangsa ini ke depan, karena 2045 itu Indonesia Emas, kalian semua yang akan memimpin negeri ini,” tutur Endang.

Menurut dia, Generasi Z bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Bela Negara dalam berbagai hal, termasuk ke dunia digital. Ada 5 nilai tentang Bela Negara yang harus diketahui sebagaimana diatur dalam UU 23 Tahun 2019, yaitu Cinta Tanah Air, Sadar Berbangsa dan Bernegara, Setia Kepada Pancasila, Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara. Serta memiliki kemampuan Bela Negara.

“Menjual dalam tanda kutip kebaikan-kebaikan, keistimewaan Indonesia melalui media sosial kita, melalui konten-konten yang ada di platform media sosial kita, itu bagian dari Bela Negara. Dan saya yakin itu sangat bisa dilakukan oleh anak-anak Gen Z. Aktualisasi kelima nilai inilah yang menjadi perwujudan Bela Negara kita sesuai dengan kemampuan dan profesi kita,” ucapnya.

Bela Negara Mudah Dilakukan

Di sisi lain, Ge Pamungkas menilai Bela Negara bukan hal yang sulit dilakukan. Semua generasi, termasuk Generasi Z bisa mengambil peran sesuai kapasitasnya masing-masing. Namun satu yang dia tekankan adalah pentingnya menjaga identitas diri sebagai bangsa Indonesia dengan tahu perjalanan sejarah.

“Semangat Bela Negara bisa dengan mencintai sejarah, karena sejarah itu adalah identitas kita sebagai rakyat Indonesia. Melupakan sejarah, maka sudah hilang identitas kita,” ujarnya.

Selain mencintai sejarah, berlaku adil terhadap sesama pun termasuk bagian dari Bela Negara. Menurut dia, konsep Bela Negara sangat dekat dengan kehidupan, bukan sesuatu yang sulit dilakukan termasuk oleh Generasi Z.

“Jadi berlakulah adil dan kalau misalkan cuma bisa adil saja terhadap sesama, lu sudah melakukan Bela Negara,” katanya.

Persoalannya adalah terkadang Generasi Z dituntut untuk tahu konsep Bela Negara tanpa adanya proses pendampingan atau bantuan untuk memahaminya. Saling membantu, pendampingan untuk memahami Bela Negara, lebih diperlukan agar mereka sendiri paham esensi Bela Negara, bukan saling menuntut. 

“Bagaimana Generasi Z itu agar bisa terintrik Bela Negara, itu yang perlu dilakukan. Bela Negara itu melakukan hal yang tidak mengancam Pancasila dan negara,” ucapnya. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)

Berita Terkini

Rektor UNPAR Hadiri Panel Diskusi Bersama Presiden RI Prabowo Subianto

Rektor UNPAR Hadiri Panel Diskusi Bersama Presiden RI Prabowo Subianto

UNPAR.AC.ID, Bandung – Rektor UNPAR Prof. ir. Tri Basuki Joewono, Ph.D. menghadiri panel diskusi bersama Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (13/3/2025). Melansir laman resmi Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat...

Kontak Media

Humas UNPAR

Kantor Sekretariat Rektorat (KSR), Universitas Katolik Parahyangan

Jln. Ciumbuleuit No. 94 Bandung 40141 Jawa Barat

Apr 27, 2021

X