UNPAR.AC.ID, Bandung – Isu mengenai stunting belakangan sangat vokal diserukan pemerintah demi menekan angka prevalensi yang tinggi. Langkah tersebut mengingat ancaman dari stunting yang menyasar bukan saja gangguan secara fisik, namun juga menjalar ke berbagai hal krusial seperti daya kembang otak anak.
Stunting sendiri merupakan salah satu bentuk malnutrisi yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan sanitasi yang baik pada 1000 hari pertama kehidupan bayi dari dia dikandung di dalam perut ibunya.
Isu tersebut yang membawa Daphne Andrea, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) angkatan 2020 sebagai Juara I dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) UNPAR 2023. Daphne mengangkat judul “Inisiatif Ketahanan Pangan untuk Mempercepat Tujuan Indonesia Melawan Stunting melalui Program SAIL (Stunting Act of Intervention Locomotors)”.
Dia mencanangkan gerakan redistribusi surplus makanan dari donor (food retailers seperti supermarket, restoran, dsb) ke front line organization (posyandu, foodbank, NGO).
“Untuk disalurkan ke ibu-ibu hamil dan bayinya dalam upaya pencegahan stunting. Secara singkat, SAIL bertindak sebagai katalisator dalam menyalurkan makanan lebih ke masyarakat yang membutuhkan menggunakan teknologi aplikasi antara sektor bisnis dan organisasi (B2O),” tutur Daphne.
Baginya, gagasan mengenai stunting tersebut bisa terbesit melalui proses panjang dari berbagai pengalaman dan didikan di keluarga maupun selama kuliah, salah satunya pengalaman magang pertamanya di NGO pencegahan stunting.
“Tidak ada urgensi yang lebih mengkhawatirkan dari fakta bahwa stunting tidak bisa disembuhkan. Artinya, anak-anak yang gagal kita lindungi ini tidak hanya akan secara fisik berperawakan lebih pendek tapi juga lebih rentan sakit, sulit bersosialisasi, dan sulit untuk menunjukkan performa yang baik di sekolah hingga kelak nanti harus bekerja. Dengan kata lain, anak-anak yang menderita stunting akan sulit untuk mencapai mimpinya,” ucap Daphne.
Dia mengatakan tujuan utama gagasan ini adalah menekan angka prevalensi stunting di Indonesia supaya setiap anak punya kesempatan, bukan keterbatasan, untuk mencapai mimpinya. Kendati demikian, terlepas dari data seperti tingginya prevalensi stunting di Indonesia, Daphne mengatakan urgensi mengenai isu ini sangat jelas ditekankan oleh Presiden Joko Widodo harus menjadi agenda prioritas pemerintah daerah.
“Sebagaimana gagasan ini mengusung tema Sustainable Development Goal (SDG) 2 untuk mengakhiri kelaparan, Daphne berharap solusi ini bisa diimplementasikan suatu hari sehingga semakin sedikit keluarga yang kesulitan akses untuk mendapatkan asupan gizi,” katanya.
Lebih lanjut, kekuatan gagasan ini juga ada pada sistem yang mendorong sinergi multipihak seperti industri bisnis sebagai pendonor makanan berlebih (surplus) serta peran advokasi dan aksi konkret di tingkat akar rumput oleh organisasi sebagai garda terdepan.
“Dengan kata lain, selain meningkatkan akses ke makanan sehat, SAIL juga tidak mengabaikan pentingnya tingkat kesadaran (awareness) para ibu terhadap kesehatan anaknya melalui peran advokasi organisasi-organisasi penyalur ini. Seandainya gagasan ini bisa menjadi kenyataan, selain meningkatkan citra UNPAR, juga menjadi salah satu momen manifestasi sesanti UNPAR,” ucapnya.
Daphne selanjutnya berkesempatan untuk mengikuti Seleksi Wilayah dalam hal ini di lingkup Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Meski beban yang cukup tinggi akan dihadapinya, dan sempat mengalami rasa tidak percaya diri dan burnout, dirinya kini lebih yakin dengan membawa doa, keyakinan, dan dorongan untuk memberikan yang terbaik.
“Harapannya gagasan serta video UN SDGs yang dikembangkan lebih matang dan meyakinkan. Dukungan pembimbing yaitu para dosen yang sangat mumpuni di bidangnya, BKA, tim publikasi, dan berbagai pihak sangat membantu Daphne dalam kelancaran serta menjaga semangat mengerjakannya,” tuturnya. (RBF-Humkoler UNPAR)