UNPAR.AC.ID, Bandung – Menggali sejumlah potensi yang ada di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) demi mewujudkan sebuah roadmap penelitian masih menjadi pekerjaan rumah bagi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNPAR. Asa memiliki Pusat Unggulan Iptek hingga terciptanya skema penelitian tepat guna berdasarkan klasifikasi dasar, pengembangan, hingga terapan masih menjadi tantangan dibalik beragamnya paradigma untuk menyelaraskan berbagai kepentingan.
Membangun sebuah komunitas akademik yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan peran partisipatif kehidupan bermasyarakat tentunya menjadi cita-cita bersama, termasuk LPPM UNPAR. Hal itu tentunya sejalan dengan urgensi penelitian dalam proses pembelajaran, pengembangan pengetahuan, dan pengabdian kepada masyarakat yang sejalan dengan pencapaian visi misi UNPAR.
“Dalam bayangan kami, penelitian dibagi dalam beberapa tahap mengikuti klasifikasi dan skema-skema yang ada di Kemendikbud Ristek. Misalnya ada penelitian dasar, pengembangan, dan terapan. Membuat roadmap penelitian memang menjadi PR (pekerjaan rumah,red) tersendiri karena LPPM harus menggali sejauh mana potensi yang ada di UNPAR,” ujar Kepala LPPM Dr. Henky Muljana, S.T., M.Eng., dalam wawancara bersama tim Midup Bulletin, medio November 2021 lalu.
Peta jalan penelitian, lanjut dia, diharapkan nantinya disusun secara holistik dan terpadu serta berbasis interdisipliner. Menurut Henky, jika roadmap penelitian sudah dibentuk, maka kampus perlu memiliki dana cadangan penelitian guna mendukung riset-riset unggulan.
“Misalnya dulu terkait pengembangan minyak jarak pagar sebagai biodiesel, di dalam tim peneliti saat itu cukup beragam karena perlu juga melibatkan disiplin ilmu lain seperti filsafat, ekonomi dan hukum.. Paradigma penduduk lokal itu tidak mudah, biasanya mereka menanam yang lain dan diminta untuk menanam jarak pagar. Secara sosial kultural ternyata perlu diteliti juga bagaimana dampaknya, jadi penelitiannya tidak cukup hanya melibatkan orang Teknik Kimia. Sosial kulturalnya perlu dievaluasi, keekonomian nya juga, dan memerlukan seorang berlatar belakang Teknik Industri yang mengerti juga tentang rantai pasoknya. Contohnya seperti itu. Harapannya, roadmap nanti yang dibuat itu meningkatkan penelitian interdisipliner yang ada di kampus. Roadmap tidak hanya miliki satu program studi, tapi bisa mewadahi semua kepentingan,” tuturnya.
Peningkatan peran pusat studi (pusdi) pun terus didorong karena menjadi jawaban bagi isu dan problematika nyata di tengah masyarakat. Terdapat dua jenis pusdi di UNPAR, pusdi yang sifatnya monodisiplin dan multidisiplin. Pusdi monodisiplin yang berada di bawah pengelolaan fakultas dan jurusan. Di luar itu, ada lima pusdi yang dikelola langsung di bawah LPPM, kelima pusdi tersebut merupakan pusdi multi atau interdisiplin yang pengelolaannya berada pada tingkat universitas.
“Yang coba kami kuatkan di sini adalah peran pusat studi terutama di dalam mengarahkan dosen-dosen untuk mengembangkan penelitiannya dan pengabdian masyarakat. Pusat studi tetap harus memiliki satu core utama sebagai bidang yang kita prioritaskan. Salah satu tools yang sangat kami harapkan adalah keterlibatan pusdi dan komunitas bidang ilmu di UNPAR. Kami coba meningkatkan lebih banyak lagi keterlibatan dosen di dalam pusat studi dan berharap tentunya pusat studi menjadi pusat/ sentral pengembangan penelitian para dosen di lingkungan jurusan,” ucapnya.
12 Bidang Unggulan Penelitian
Dengan memanfaatkan kapasitas lembaga dan sumberdaya demi menghasilkan berbagai riset unggulan, LPPM telah memetakan 12 (dua belas) bidang unggulan penelitian. Bidang unggulan tersebut berbasis data dan pemanfaatan teknologi maju, untuk memberikan terobosan signifikan pada tataran lokal, nasional, maupun global.
Menyadur laporan Rencana Induk Penelitian (RIP), Adapun 12 bidang unggulan penelitian tersebut adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi; Energi Baru dan Terbarukan; Rantai Pasok dan Transportasi; Material Maju; Natural Environment; Desain Berbasis Lingkungan dan Sosial; Ketahanan dan Keamanan Pangan; Peningkatan Kesejahteraan; Pembangunan Manusia; Daya Saing Bangsa dan Organisasi; Otonomi Daerah dan Desentralisasi; serta Integrasi Nasional dan Harmoni Sosial.
Selain ke 12 bidang unggulan yang spesifik, UNPAR tetap memberi dukungan terhadap kegiatan-kegiatan penelitian lainnya di luar ke 12 bidang unggulan. Khususnya adalah kegiatan penelitian yang dilakukan demi pemenuhan visi-misi UNPAR.
Bidang unggulan dalam penelitian yang ditetapkan pun dapat disesuaikan dengan Agenda Riset Nasional dan tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan dalam United Nations Sustainable Development Summit untuk menghapuskan kemiskinan, melawan ketidaksetaraan dan ketidakadilan, serta untuk mengatasi perubahan iklim.
“Memang ada irisan-irisan antara bidang unggulan yang ditetapkan oleh pemerintah dan oleh UNPAR dituangkan ke dalam 12 bidang unggulan dengan SDGs yang ada di United Nations. Sejujurnya tidak mudah, salah satu kondisi keberagaman di UNPAR sebagai universitas dengan berbagai riset yang rasanya semua penting. Kami harus berusaha mencari yang betul-betul penting dari yang penting. Di satu sisi berusaha mengakomodir, tapi kami harus memilih juga agar pengembangannya terarah,” katanya.
“Pemerintah punya prioritas riset nasional, artinya universitas juga harusnya punya prioritas. Prioritas-prioritas ini yang coba kami tuangkan dalam roadmap nantinya. Saat ini kami sedang menggali UNPAR itu keunggulannya dimana? Yang terasa memang kita punya banyak potensi, tetapi secara institusi belum terasa arahnya mau kemana, mau support penelitian yang mana. Kalau kita lihat roadmap-nya PTN misalnya, mereka sudah terbayang dalam 10 tahun sudah ada produk A, sudah punya Pusat Unggulan Iptek sehingga itu menjadi kekuatannya. Dalam hal ini, UNPAR menuju itu,” lanjut dia.
Suasana penelitian yang kuat dan dinamis juga menjadi prasyarat untuk menumbuhkan kapasitas para peneliti, meningkatkan mutu kegiatan dan hasil penelitian di UNPAR. Sebagai sebuah universitas yang masuk dalam kategori Mandiri dalam klaster penelitian perguruan tinggi menurut Kemenristekdikti dalam masa penilaian kinerja tahun 2016-2019, UNPAR telah membuktikan kemampuannya untuk mengelola penelitian yang berkontribusi pada pengembangan ilmu.
Hal tersebut tentunya didukung oleh pengelolaan yang baik dan sumber daya manusia yang berkualitas. Guna mempertahankan kinerja dalam penelitiannya dan semakin menguatkan posisinya di dalam kegiatan penelitian, UNPAR tetap perlu melakukan tindak kerja yang strategis, sinergis, dan berkelanjutan.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan hasil pemeringkatan tahun 2019, UNPAR berada di klaster Mandiri (peringkat 43 secara nasional untuk kinerja penelitian) dan di klaster “Sangat Bagus” (peringkat 35 secara nasional untuk kinerja pengabdian). Pencapaian ini senantiasa memberikan tantangan yang baru untuk pencapaian yang lebih baik.
“Berapa banyak jurnal yang dihasilkan, buku, hak cipta, dan berapa banyak paten, itu adalah poin-poin kinerja penelitian yang kemudian harus kita pertahankan dan tingkatkan. Artinya partisipasi dosen baik untuk kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat perlu kita perbesar lagi. Capacity building adalah satu satu strategi lain yang LPPM UNPAR lakukan,” tuturnya.
Capaian klaster Mandiri dalam kinerja penelitian tentunya perlu dibarengi dengan berbagai upaya menjaga dan meningkatkan pemeringkatan tersebut. Tak dimungkiri, berbagai tantangan dan pemetaan prioritas masih menjadi PR bersama. Hal yang paling disoroti, partisipasi dosen yang masih tarik ulur antara beban mengajar, penelitian, dan pengabdian.
“Tidak menutup mata, memang beban pengajaran dosen-dosen itu cukup tinggi sehingga ketika ditanyakan apakah akan melakukan penelitian menjadi terbatas. Jumlahnya (partisipasi penelitian) baru sekitar 244 dosen dari jumlah dosen yang mencapai 400 orang. Artinya kan baru 50 persen keterlibatan dosen. Potensi untuk mempertahankan dan meningkatkan (peringkat) itu cukup besar dengan menggerakkan mereka yang belum penelitian dan mengakses dana-dana penelitian,” ujar Henky. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)