Empat mahasiswa Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) berhasil meraih juara pertama pada sayembara Desain Monumen Bundaran Besar Kota Palangka Raya yang diselenggarakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah pada Juni 2017. Empat mahasiswa Arsitektur tersebut adalah Giovani R. Tyashadi, Stevan E. Kristanto, Ahmad Shafy A, dan Aloysius Baskoro W.
Tema yang diangkat dalam sayembara kali ini adalah keberagaman dalam budaya leluhur sesuai falsafah hidup masyarakat Kalimantan Tengah “Budaya Huma Betang” yang selaras dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Hal ini dikarenakan masyarakat yang hidup di Kalimantan Tengah menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman/pluralisme dan budaya leluhur. Maka dari itu, Konsepsi dan desain arsitektural tugu/bundaran tersebut harus selaras dengan kearifan budaya dan falsafah hidup suku dayak yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat provinsi Kalimantan Tengah sebagai Bumi Tambun Bungai, Bumi Pancasila.
Sayembara tersebut terdiri dari 2 tahapan seleksi dan penyisihan yakni tahap pertama pengumpulan karya yang dikirim melalui pos kepada tim penyeleksi yang menghasilkan empat karya terbaik dan tahap kedua mempresentasikan karya kepada 12 orang juri. Adapun kriteria penilaian dalam sayembara ini memperhatikan 25% kesesuaian tema, 20% kandungan nilai seni, filosofi dan karakter, 20% kreativitas dan keaslian ide desain, 20% kelayakan realisasi dan 15% edukatif.
Kepada Tim Publikasi Unpar pada (14/7), Giovani R. Tyashadi dan Aloysius Baskoro, mewakili tim yang mengikuti sayembara tersebut mengungkapkan perasaan bersyukurnya dapat mengikuti kompetisi tersebut.
“Kesannya sedikit menegangkan karena kami takut salah ngomong, takutnya para juri salah menginterpretasikan bahasa yang kita ungkapkan, karena budaya kita kan beda dan masih belum mendalami budaya masyarakat Kalimantan Tengah”, ujar Giovani.
“Dan sebenarnya waktu kita dipanggil (untuk presentasi), kita udah siap aja dapat juara empat, daripada sakit hati nggak dapat apa-apa, dan setelah diumumkan kita bersyukur banget”, lanjut Aloysius.
Sayembara tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dan merealisasikan pemikiran dan keterampilan dari pelajar, mahasiswa, kalangan professional dan masyarakat umum untuk menata ulang Bundaran Besar Kota Palangka Raya sebagai ikon utama Bumi Pancasila tersebut.
Keberhasilan ini diharapkan dapat memotivasi mahasiswa Unpar lainnya untuk semakin terampil dan meningkatkan kreativitas di bidang masing-masing.