UNPAR.AC.ID, Bandung – Kebutuhan akan layanan kesehatan terus berkembang, hal itu tentunya paralel dengan perkembangan industri kesehatan di Indonesia. Sadar akan perkembangan teknologi kesehatan dan tantangan, dinilai positif oleh Kharisma Hamzah. Kharizma merupakan alumni Fisika UNPAR yang kini bekerja sebagai Direktur Marketing di PT AbadiNusa Usahasemesta, sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri kesehatan, tepatnya sole agent dan distributor alat kesehatan serta alat laboratorium.
Dia mengungkapkan, peluang karier lulusan Fisika Medis tak hanya di klinik dan rumah sakit. Teknologi kesehatan yang berkembang pesat tentunya berimbas pula pada industri kesehatan. Dia merasakan betul relevansi Fisika Medis dengan dunia kerja. Mulai dari mudah memahami dan mempelajari prinsip kerja instrumentasi medis hingga fungsi alat.
“Jadi kalau ada produk baru, teknologi baru, itu tidak memerlukan waktu yang lama dan tidak ada kesulitan yang sangat berarti untuk langsung memahami fungsinya, prinsip kerjanya, cara pakainya. Mungkin karena dulunya pas kuliah, bekal belajar Fisika Medis mulai dari prinsip kerja dan fungsi alat-alat. Jadi saat kerja langsung mudah buat kita,” ucap Kharisma, Kamis (20/5/2021).
Menurut Kharisma, wajar jika FIsika Medis UNPAR menjadi pilihan jika ingin terjun ke industri kesehatan. Mengingat Indonesia masih sangat kekurangan ahli instrumentasi medis.
“Sudah pasti lulusan Fisika Medis itu ditunggu di industri alat kesehatan Indonesia. Perlu diketahui bahwa industri alat kesehatan di Indonesia sedang berkembang dan kita kan belum termasuk negara maju, jadi masih ada peluang. Perkembangannya itu signifikan dan masih ada ruang. Jadi menurut saya sangat worth it, lulusan Fisika Medis ditunggu banget,” tuturnya.
Dia pun menuturkan bahwa prospek kerja lulusan Fisika Medis cukup menjanjikan, terutama jika berbicara industri kesehatan. Saat ini, lanjut dia, lebih banyak lulusan Kimia dan Biologi yang bekerja di industri kesehatan. Padahal jika harus mempelajari fungsi alat dalam industri tentunya akan lebih mudah bagi mereka lulusan Fisika Medis.
“Kita akan sangat diuntungkan jika memiliki background FIsika Medis, kita belajar instrumentasi alat dan prinsip kerja saat kuliah. Itu tuh benar-benar buat kita mudah memahaminya lebih cepat saat kerja dibanding lulusan program lain. Yang jelas, lulusan Fisika Medis dapat memahami kebutuhan dokter, pasien, rumah sakit, dan customer dengan lebih baik. Sebab kita paham betul fungsi dan prinsip dari alat-alat kerja yang kita pakai,” ujar dia.
Making Indonesia 4.0
Pernyataan Kharisma akan kebutuhan dalam industri alat kesehatan sejalan dengan Program Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Sebagaimana dilansir dari laman resmi Kemenperin, Jumat (28/5/2021), Making Indonesia 4.0 dijadikan sebagai peta jalan untuk mempercepat sektor industri yang berdaya saing global. Aspirasi besarnya, mewujudkan Indonesia berada dalam jajaran 10 negara yang memiliki ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030 mendatang.
Melalui Making Indonesia 4.0 juga akan meningkatkan ekspor netto sebesar 10 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan produktivitas dua kali lipat terhadap biaya, serta pengeluaran untuk riset dan pengembangan sebesar 2 persen dari PDB.
Saat program ini diterapkan pada 2018, Kemenperin telah menentukan lima sektor prioritas yang didorong untuk menjadi fokus dari pengembangan Making Indonesia 4.0. Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, kimia, dan elektronika.
Pemilihan kelima sektor industri itu didasarkan pada berbagai faktor penting. Misalnya, berdasarkan catatan Kemenperin, industri-industri tersebut telah berkontribusi sebesar 70 persen terhadap PDB nasional. Selain itu, sektor-sektor industri yang ditetapkan menjadi prioritas, juga mewakili 65 persen ekspor industri serta menyerap sekitar 60 persen tenaga kerja industri.
Dalam perkembangannya, Kemenperin menambahkan sektor industri alat kesehatan dan industri farmasi. Masuknya industri alat kesehatan dan farmasi ke dalam prioritas pengembangan Making Indonesia 4.0 merupakan salah satu upaya Kemenperin untuk dapat segera mewujudkan Indonesia yang mandiri di sektor kesehatan.
Kemandirian Indonesia di sektor industri alat kesehatan dan farmasi merupakan hal yang penting, terlebih dalam kondisi kedaruratan kesehatan seperti saat ini. Sektor industri alat kesehatan dan farmasi masuk dalam kategori high demand di tengah pandemi Covid-19, di saat sektor lain terdampak berat.
Sehingga, industri alat kesehatan dan farmasi perlu didorong untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri secara mandiri. Kemandirian di sektor industri alat kesehatan dan farmasi diharapkan berkontribusi dalam program pengurangan angka impor impor hingga 35 persen pada akhir tahun 2022. (Ira Veratika SN-Humkoler UNPAR)