Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2020 (Pilmapres 2020), yang secara resmi dimulai pada 25 Februari 2020 lalu, mengusung tema Gagasan Kreatif untuk Menyelesaikan Masalah SDGs dan Revolusi 4.0. Selain itu, Pilmapres tahun ini juga telah disesuaikan dengan keadaan pandemik yang mana seluruh aktivitas dilakukan secara daring untuk mengikuti protokol yang ditetapkan.
Pada tahun ini, Pilmapres 2020 memiliki proses dan alur yang berbeda. Setelah tahap penyaringan di universitas masing-masing, peserta akan melalui proses seleksi Computer Based Test (CBT) terkait wawasan kebangsaan dan tes bahasa Inggris. Selain itu, peserta juga mengirimkan prestasinya baik secara akademik, non-akademik, maupun kepemimpinan. Dari seleksi CBT tersebutlah disaring kembali hingga tersisa 21 finalis di tahap nasional.
Pada tanggal 24 Agustus 2020 lalu, hasil dari finalis Pilmapres 2020 tingkat nasional diumumkan. Aloysius Efraim Leonard, sebagai perwakilan dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) berhasil lolos menjadi salah satu finalis dari 21 mahasiswa kategori Sarjana. Efraim sendiri merupakan mahasiswa S1 jurusan Ilmu Hubungan Internasional Unpar angkatan 2017. Efraim berhasil meraih peringkat keempat finalis dalam ajang bergengsi tersebut.
Perhatian Bagi Kelompok Marginal
Gagasan yang dibawa oleh Efraim dalam Pilmapres 2020 adalah tentang peningkatan keterampilan bagi penyandang disabilitas. Pada mulanya, Efraim hanya berfokus pada peningkatan keterampilan bagi masyarakat secara umum. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat juga menjadi target dari pemerintah saat ini. Sehingga, Efraim merasa gagasan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan dapat mendukung target tersebut.
Spesifikasi pada penyandang disabilitas akhirnya dipilih dengan pertimbangan bahwa kelompok marginal sangat membutuhkan perhatian pada masa ini. Untuk meneruskan gagasan tersebut, Efraim menyarankan sebuah project untuk membuat suatu platform yang ramah disabilitas. Nantinya, platform tersebut akan menjadi sarana bagi penyandang disabilitas untuk mendapatkan informasi. Informasi-informasi di dalamnya termasuk pendidikan, ketenagakerjaan, pelatihan ketenagakerjaan, serta pelatihan keterampilan luring maupun daring.
Fokus dari gagasan itu sendiri adalah untuk meningkatkan keterampilan di bidang ekonomi kreatif. Menurut Efraim, ekonomi kreatif merupakan salah satu bidang yang lebih ramah terhadap berbagai kalangan–– termasuk teman-teman penyandang disabilitas. Bidang ekonomi kreatif juga lebih fleksibel untuk diterapkan baik secara formal maupun informal.
“Meskipun ini hanya gagasan saja, akan lebih baik kalau benar-benar bisa diimplementasikan. Walaupun gagasan ini tidak terlalu revolusioner, tapi tetap akan membantu terutama bagi kelompok-kelompok marginal,” tuturnya ketika berbicara perihal output yang diharapkan dari gagasannya tersebut.
Tantangan Daring
Menghadapi kompetisi secara daring, bagi Efraim tidak terlalu banyak kesulitan. Didorong oleh keadaan pandemi saat ini, langkah terbaik adalah dengan menerapkan protokol yang sesuai. Meskipun sempat menghadapi berbagai kendala, namun acara Pilmapres 2020 telah terselesaikan dengan baik. (AKA/DAN – Divisi Publikasi)