UNPAR.AC.ID, Bandung – Edisi ketiga dari Artist Designer in Residence (ADIR) kembali hadir dengan semangat baru dengan tema “Threading Design and Narratives: Echoing Tradition Towards Timeless Design”. Pada Jumat (31/05/2024), Program Studi Arsitektur UNPAR dengan bangga mengadakan sesi sharing dan diskusi dengan dua desainer berbakat dari Perancis, Geoffrey Pascal dan Clémence Plumelet yang merupakan pendiri Marcel Poulain Studio. Acara yang berlangsung di Lecture Theater Gedung PPAG 2 Selatan ini menawarkan wawasan mendalam tentang praktik kreatif dan perjalanan inspiratif kedua desainer, serta membuka dialog dengan komunitas kreatif lokal.
ADIR 2024 tahun ini menghadirkan program imersi selama satu bulan ke dalam budaya kaya Bali, diikuti oleh roadshow selama seminggu ke Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Melalui program ini, para desainer mendapat kesempatan untuk merasakan dan mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia, serta menggabungkan elemen-elemen tersebut ke dalam karya-karya mereka.
Geoffrey Pascal terkenal dengan karya revolusionernya “Grafeiophobia” pada tahun 2018, sebuah konsep perabot kantor yang memungkinkan orang bekerja dari tempat tidur.
“Ide ini muncul dari keinginan untuk menciptakan ruang kerja yang lebih fleksibel dan nyaman,” kata Geoffrey. Proyek ini mendapat perhatian luas dan diulas oleh media-media desain terkemuka seperti Dezeen dan Furniture Today.
Geoffrey juga terlibat dalam proyek-proyek signifikan lainnya, seperti “Acid Baths” pada tahun 2019 yang melibatkan desain lampu, meja, dan vas, serta kolaborasinya dengan Moreau Kusunoki dalam proyek-proyek seperti Powerhouse Parramatta dan Courthouse Toulon.
Clémence Plumelet, di sisi lain, membawa pendekatan tekstil yang inovatif dalam desainnya. Salah satu karya terkenalnya adalah “Portagioie” pada tahun 2019, sebuah kotak perhiasan marquetry jerami yang terinspirasi dari Italia abad ke-20.
“Saya selalu tertarik pada bagaimana tekstil dan material dapat diolah menjadi sesuatu yang konkret dan fungsional,” jelas Clémence.
Ia juga mengembangkan proyek-proyek seperti “MIRAGE,” sebuah layar yang dikembangkan bersama Cristina Celestino, yang menggabungkan produksi tekstil dengan inovasi material.
Marcel Poulain Studio, dinamai dari nama keluarga ibu mereka, menggabungkan visi dan kreativitas keduanya. Salah satu proyek ikonik mereka adalah “Folle envie” pada tahun 2021, di mana mereka mengambil inspirasi dari adegan film dan dokumen arsip untuk menciptakan bar kolam renang indoor yang unik.
“Kami ingin menggabungkan aspek populer dan pribadi dari bar kolam renang outdoor dalam interpretasi indoor,” kata Geoffrey. Proses desain mereka melibatkan riset mendalam, termasuk penggunaan material inflatables dari Aerospace dan furnitur dari Michel Cadestin pada tahun 1970-an.
Selama sesi design talk ini, Pascal dan Plumelet juga berbagi tentang riset mereka selama residensi di Bali. Mereka terpesona oleh tradisi dan kerajinan lokal seperti pembuatan songket, kerajinan anyaman, dan penggunaan air suci dalam upacara.
“Di Bali, kami belajar bahwa hal-hal buruk memberikan pelajaran yang baik,” kata Geoffrey mengutip Nyoman Sadra dari Desa Tenganan.
Dalam proyek “Terence” yang memenangkan penghargaan di Mobilier National Institution, mereka menggabungkan inspirasi dari berbagai sumber, termasuk sofa dua kursi yang digunakan oleh Arnaud Montebourg di kantornya dan cerita epik Yvonne Dröge Wendel yang menikahi kabinetnya di Amsterdam pada tahun 1992.
“Kami mencari bahasa visual yang memperlakukan manusia dan objek sebagai setara,” kata Clémence, merujuk pada hubungan antara manusia dan objek dalam desain mereka.
ADIR 2024 tidak hanya mempertemukan para desainer dengan komunitas kreatif lokal tetapi juga membuka ruang dialog dan kolaborasi yang lebih luas. “Kami berharap dapat menginspirasi dan terinspirasi oleh komunitas kreatif di Indonesia,” ujar Geoffrey.
Keduanya juga mengungkapkan kekaguman mereka terhadap keindahan dan kompleksitas desain tradisional Bali, seperti barong dan rangda, serta ketertarikan mereka terhadap proses pembuatan yang dilakukan dengan tangan. (NAT-Humas UNPAR)