UNPAR.AC.ID, Bandung – 3 Kelompok mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan dari berbagai program studi telah menyelesaikan masa program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ekologi ke-2 di di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda, RW 7, Desa Ciburial, Cimenyan, Kabupaten Bandung. Program yang telah berlangsung sejak Februari 2024 – Juni 2024 itu pun diapresiasi Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono.
Hal itu terungkap dalam kegiatan Sharing Praktik Baik dan Kelulusan KKN Ekologi ke-2 UNPAR Tahun 2024, di Audio Visual FISIP, Jumat (14/6/2024). Ketua Tim KKN Ekologi UNPAR Dr. Pius Sugeng Prasetyo menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi kontribusi nyata UNPAR akan isu lingkungan, khususnya terkait permasalahan sampah dan pengelolaannya.
Melalui pendekatan dan implementasi yang dilakukan para mahasiswa, diharapkan permasalahan sampah bisa dipahami dan meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya pengelolaan sampah serta dampak ke depannya.
“Kegiatan pertama itu melalui Clean Up Day, pesertanya dari mahasiswa UNPAR, warga, Tahura dan jajaran Citarum Harum. Kami berkolaborasi. Kemudian diteruskan dengan kegiatan eksplorasi dan edukasi, dimana mahasiswa berbagi pengetahuan ke masyarakat langsung,” ucapnya.
Sementara itu, Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono mengapresiasi para mahasiswa UNPAR yang telah memberikan dampak positif bagi lingkungan.
“Saya sangat mengapresiasi kepada mahasiswa UNPAR yang telah peduli terhadap lingkungan. Begitu juga kepada masyarakat dan pihak kampus yang ikut andil dalam kegiatan,” kata Bambang, sebagaimana dikutip dari siaran resmi Humas Bandung, Selasa (2/7/2024).
Bambang mengungkapkan, terjun langsung ke masyarakat merupakan hal yang positif, sehingga mahasiswa tahu langsung keadaan di lingkungan.
“Ini butuh effort yang besar, bagaimana mereka (mahasiswa) memberikan edukasi, menilai lingkungan dan peduli untuk menciptakan lingkungan yang nyaman. Sehingga goals-nya masyarakat peduli terhadap lingkungan itu,” tuturnya.
Kendati demikian, ia pun mendorong agar berbagai pihak ikut andil dalam kepedulian lingkungan. Bukan hanya pelaksanaan pembelajaran di pendidikan saja, melainkan semua unsur ikut andil dalam lingkungan.
Adapun 3 Kelompok yang berbagi praktik KKN Ekologi ke-2 yaitu, Relawan; Guardian of Greens dan Petjah.
- Kelompok Relawan
Kelompok ini menemukan permasalahan di Desa Ciburial yang menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Pemilahan sampah belum dilakukan secara maksimal, sehingga sampah organik dan anorganik bercampur dan mencemari lingkungan. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah.
Kelompok ini pun menilai pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini. Mengajarkan anak-anak tentang lingkungan sangat penting karena mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang sadar akan lingkungan.
Kelompok Relawan pun mengenalkan 2 metode bagi anak-anak. Pertama, metode permainan dan metode demonstrasi.
Kelompok ini pun menilai bahwa melalui 2 metode tersebut anak-anak paham jenis sampah; paham daur ulang sampah; dan membuang sampah pada tempatnya.
“Saya sadar bahwa anak-anak adalah golden time untuk melakukan perubahan pada society” ucap Ketua Kelompok Relawan Tanu Rahadi yang juga mahasiswa Akuntansi UNPAR itu.
- Kelompok Guardian of Greens
Kelompok Guardian of Greens pun menemukan berbagai permasalahan di Desa Ciburial. Adapun temuan masalah di antaranya kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah. Juga masih ditemukan masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
Kelompok ini pun melakukan berbagai pendekatan. Mulai dari pelatihan dasar pemilahan sampah; pengolahan MOL; dan pembuatan kompos di Kampung Cibunut. Lalu pembuatan sarana pemilahan rak sampah dari baja ringan, edukasi door to door, aksi bersih-bersih dan pemilahan. Serta pembuatan dan penyebaran konten edukasi poster dan video edukasi yang melibatkan warga setempat.
Melalui berbagai pendekatan dan implementasi yang dilakukan, program KKN Ekologi oleh Guardian of Greens di Desa Ciburial RT 03 Tahura dinilai berhasil meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pemilahan sampah. Melalui edukasi, pelatihan, dan pendekatan door to door, warga memahami pengelolaan sampah dan pembuatan kompos.
Keberhasilan ini pun diharapkan dapat menjadi contoh bagi komunitas lain untuk mengelola sampah secara berkelanjutan dan meningkatkan kesadaran lingkungan.
- Kelompok Petjah
Sementara itu, Kelompok Petjah mengusung Program Ciburial Hejo. Kelompok ini pun melihat ada 3 permasalahan, yaitu kurangnya kesadaran dan pemahaman warga; penumpukan sampah yang mengganggu dan terbatasnya sarana prasarana. Kelompok ini berfokus membantu warga di Ciburial di RW 07 dalam pentingnya pengelolaan sampah.
Mereka pun menggunakan metode pendekatan ke masyarakat secara Interaktif, Sosiologis, dan Psikologis.
Adapun implementasi program yang dilakukan, yaitu:
-
- Pembersihan/Clean Up Day Tahura
- Pemerataan Sosial
- Pengenalan Pemilihan dan Pengelolaan Sampah melalui Workshop Pembuatan Eco Enzyme dan Mol Kompos
- Door to Door
- Perencanaan Proyek Feel, Imagine, Do, Share (FIDS)
Hasil implementasi proyek FIDS menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam pengelolaan sampah dan peningkatan kesadaran masyarakat. (NAT–Humas UNPAR)