Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) dipercaya untuk menjadi tuan rumah program Darmasiswa. Pusat Pengembangan Karir (PPK) Unpar mencanangkan pendirian lembaga Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Unpar pada tahun 2017.
Dalam prosesnya, PPK melalui Kantor Internasional dan Kerjasama (KIK) Unpar mengajukan proposal untuk menjadi provider program Darmasiswa kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kemudian, pada Oktober tahun lalu, Kemendikbud melakukan visitasi ke Unpar untuk melakukan uji kelayakan. Hasil visitasi tersebut menyatakan Unpar layak untuk menyelenggarakan program Darmasiswa.
Darmasiswa adalah program yang diselenggarakan oleh Kemendikbud bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri. Beasiswa Darmasiswa ini ditawarkan ke lebih dari 111 negara di seluruh dunia, yang difasilitasi oleh lebih dari 70 universitas di Indonesia.
Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di Unpar dinilai efektif pada saat penelitian visitasi tersebut. Tahun ini, pada periode ajaran 2018/2019, Unpar membuka penerimaan bagi mahasiswa asing melalui penyelenggaraan program Darmasiswa BIPA Unpar.
Selain ditawarkan kepada universitas-universitas rekanan Unpar seperti International Network of Universities (INU), Program BIPA juga ditawarkan kepada individu atau perusahaan di sekitar Bandung yang ingin ekspatriatnya studi dan mahir berbahasa Indonesia.
Orientasi mahasiswa program Darmasiswa dan KNB
Senin (3/9), Pusat Pengembangan Karir (PPK) Unpar mengadakan kegiatan penyambutan mahasiswa program BIPA di Gedung FH Unpar.
Tim BIPA Unpar dipercaya untuk memfasilitasi mahasiswa asing dalam mendalami kemampuan berbahasa Indonesia mereka. Ada sekitar 15 orang mahasiswa yang berasal dari Afrika, China, dan Korea Selatan yang belajar di Unpar tahun ini. Sejumlah mahasiswa Asia didukung oleh program Darmasiswa, sementara sejumlah besar mahasiswa yang berasal dari Afrika difasilitasi oleh beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Selain itu, BIPA Unpar melayani mahasiswa yang berasal dari universitas yang tergabung dalam Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies (ACICIS).
Lewat program BIPA, mahasiswa asing akan mempelajari Bahasa Indonesia selama satu tahun di Unpar sambil berkesempatan melakukan sit-in di berbagai fakultas sesuai pilihan mereka.
Mahasiswa mancanegara ini mantap memilih Unpar karena mendengar kualitas pengajaran yang memadai dan menyenangkan dari kolega-kolega mereka yang pernah menempa diri di sini.
“Saya dengar dari teman saya yang mengambil program Magister Ilmu Sosial (MIS) di sini bahwa pengajarannya (di Unpar) tidak kaku dan selalu mengikuti zaman. Bisa memberi perspektif yang baik pada saya selaku praktisi ilmu sosial,” ungkap Julio, mahasiswa magister yang berasal dari Timor Leste.
Rangkaian acara
Pada hari pertama, peserta mengikuti kegiatan orientasi keliling kampus Unpar dan sekitarnya. Ada juga, sesi pengenalan kegiatan kampus dan BIPA.
Pada hari kedua, mahasiswa asing mengikuti kegiatan tes penempatan kelas Bahasa Indonesia. Mereka juga dikenalkan dengan hal-hal teknis dan surat menyurat terkait keberlangsungan selama masa studi di Unpar.
Selanjutnya, pada hari ketiga, tim dari International Office (IO) Kantor Internasional dan Kerjasama (KIK) Unpar memberikan sesi sharing mengenai keimigrasian dan hal-hal terkait perizinan dan legalitas selama masa studi.
Selama rangkaian orientasi, tim Persatuan Mahasiswa (PM) Unpar membagikan informasi terkait unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ada di Unpar. Tidak hanya kegiatan orientasi di kampus Unpar, para peserta juga mengikuti orientasi pengenalan kota Bandung. Salah satunya mereka diajak jalan-jalan keliling Kota Bandung dengan menggunakan bus Bandros.
Sumber: Kompas Griya Ilmu (Selasa, 12 September 2018)